Mohon tunggu...
Obet Robaitur Rasyid
Obet Robaitur Rasyid Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Nulisnya kadang nggak pakai hati, jadi nggak usah semuanya dimasukkin ke hati. :)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Bosen Sama Pasangan, Nggak Dosa Kan?

25 Februari 2013   15:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:42 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bosan, menurut definisi dari KBB Online berarti sudah tidak suka lagi krn sudah terlalu sering atau banyak; jemu. Semua orang pasti pernah lah merasakan kehilangan excitement terhadap sesuatu, bahkan terhadap sesuatu yang sempat pernah kita idam – idamkan.

Misal gini, dulu dari SMP aku sudah sangat ingin bisa menjadi penyiar radio. Sampai akhirnya, keinginanku terkabul. Sejak SMP kelas 2 mulai siaran di radio komunitas, dan akhirnya siaran di radio komersil saat kelas 2 SMA hingga sekarang. Bosan? Kadang lah, tapi karena sudah menjadi pilihan, ya yang bisa dilakukan ada dua pilihan, compromise or leave! Saya pun memilih pilihan pertama, untuk hal ini, paling tidak sampai saat ini, entah nanti.

Begitu juga dengan pasangan, pasti ada saatnya kita merasa bosan. Kita mungkin lupa, seberapa gencar dulu usaha kita untuk mendapatkan seseorang yang kita inginkan. Sebaliknya, mungkin ada saatnya ketika pasangan kita terlihat soalah kehilangan excitement-nya terhadap kita, tampak terlalu effortless mengenai kehangatan atau bahkan kelanjutan hubungan kita. So what to do then?

Cliche banget, kalau aku bilang ‘saling memahami’, ya kan? But that’s exactly the point. Point pertama memang harus saling memahami. Pemahaman yang mendalam bahwa rasa bosan (terhadap apapun, termasuk pasangan) adalah hal yang sangat manusiawi. Pemahaman ini berlaku baik saat kita ataupun pasangan kita mulai merasa atau tampak bosan dengan pasangan atau hubungannya.

Extension dari pemahaman dasar tadi lah yang akan membuat kita lebih bijak saat kebosanan ‘menghantui’ hubungan kita. Bosan bukan lah akhir dari segalanya. Bosan makan mie, bukan berarti kita akan berhenti makan mie selamanya. Bisa jadi kita perlu sejenak menjauh dari mie atau menikmati mie dengan berbagai variasi, rasa, suasana, bentuk atau variasi lainnya.

Kita perlu bijak, bahwa kadang jarak (physical and psychological distances), dalam takaran yang tepat, juga sesekali dibutuhkan untuk menjaga keharmonisan hubungan. Menyikapi ‘jarak’ saat sedang jenuh dengan bijak bisa menyelamatkan kita dari cerocosan, ‘Kamu udah bosen ya sama aku?’, ‘Bilang aja kamu udah bosen, udah sampe di sini aja!’. Nah lo! Super drama kan? Kalau kita pernah bosan, adakalanya pasangan kita pun merasakannya. Pahamilah, dan tetaplah tenang dan bijak menghadapinya.

Kita hanya perlu me manage rasa bosan kita agar tidak dijadikan justifikasi untuk ngelaba. Saling memberikan kesempatan untuk menikmati ruang pribadi, atau menikmati suasana, tempat, menu makan, atau aktivitas baru bersama pasangan, mungkin bisa jadi pilihan solusi yang lebih bijak untuk menyikapi kebosanan. Dalam hal ini, sepertinya memiliki pasangan tipe petualang yang spontan akan cukup banyak membantu menangani kebosanan dalam sebuah hubungan. FYI, si Author juga tipe petualang dan spontan loh! :p (Akhirnya kebongkar apa tujuan artikel ini sebenarnya, promosi diri!)

Semoga bermanfaat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun