Senyuman indah dari diriku adalah tandah syukur. Tetaplah bersyukur. Sekalipun Baik dan buruk  telah menjadi adat istiadat orang-orang sekitar. Dan sekalipun itu sulit.
Aku terus berjalan mencari dirimu tanpa memikirkan lelahku. Dengan lelap hati, aku melihat realitas yang ada.
Aku terbuai kembali dalam lembah kekelaman yang sangat dalam. Aku berteriak meminta pertolongan. Namun, tiada orang yang mendengar suarahku.
Mataku terpejam dan ingin pasrah. Mungkin, ini adalah TAKDIRKU. Dengan kepala tertunduk dan air mata yang bercucuran. Ingin ku pasrahkan seluruh hidupku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H