Ketika aku membeli Novel "Ayah" - Andrea Hirata, aku mengira novel ini hanya menceritakan hubungan antara anak dan ayah yang biasa, standard. Ternyata aku salah. Dari mulai bab pertama aku sudah tercengang membaca kisah yang kadang maju kadang mundur, flash back ke masa lalu sehingga memaksa aku untuk membaca ulang ke belakang untuk bisa mengikuti ceritanya.
Perasaanku dilonjak-lonjakkan oleh pengarang sesuka hatinya. Kadang aku semangat, tertawa atau terharu membaca kisah-kisah orang melayu kampung di pulau Belitong dan sekitarnya. Ketika hampir separuh buku kubaca, masih belum ada hubungan isi dengan judulnya nya : ayah.
Aku terus mengikuti, dan membaca setiap ada kesempatan sehingga habis kubaca dalam waktu kurang dari 3 hari sejak kubeli. Sebuah kecepatan membaca buku setebal itu yang cukup cepat menurut pengalamanku disela kerja, tidur dan kegiatan keluarga.
Aku menemukan kisah cinta dan kesetiaan yang aneh, bukan hanya bertepuk sebelah tangan, tapi pungguk merindukan bulan yang sejati sampai mati. Hubungan ayah-anak yang tidak ada ikatan darah ini begitu kental dan abadi, sekaligus aneh dan mengharukan...lagi-lagi membuat aku kagum pada pengarangnya yang bisa saja mereka atau meramu cerita semacam itu.
Novel ini tentang cinta, tentang hubungan hidup mati antara ayah dan anak (meski bukan anak kandung), kesetiaan, perjuangan, motivasi, dan membuktikan bahwa manusia bisa asal ada kemauan dan semangat rela berkorban.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H