Mohon tunggu...
Obeth Sihombing
Obeth Sihombing Mohon Tunggu... Regional Commercial Business Manager, sebuah bank swasta nasional di Jakarta -

Obeth Sihombing lahir di Takengon, Aceh Tengah - NAD. Saat ini bekerja di salah satu bank swasta nasional di Jakarta. Selain membaca, menulis adalah hobbynya sejak kecil.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Di Tepi Jaman

27 September 2010   16:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:55 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Aku melihat judul ini menjadi sebuah nama sebuah acara disalah satu TV swasta. Disiarkan siang pd hari Kamis sehingga jarang orang kantoran menontonnya. Aku menontonnya saat cuti minggu lalu, dan sejenak terbayang akan masa masa kecilku.

Acara ini memuat hal-hal yang mulai tergusur jaman, makanya diistilahkan 'di tepi jaman'.

Saat itu yang dibahas adalah mainan anak-anak tradisional yang mungkin kita pernah memainkannya, namun perlahan digilas mainan impor modern yang kebanyakan tak merangsang kreatifitas anak. Sebagai contoh adalah perahu klotok. Perahu mainan ini terbuat dari lembaran seng yang kalau sumbunya dibakar setelah direndam dgn minyak goreng, akan bergerak dan mengeluarkan bunyi khasnya : tok..tok..tok...makanya disebut perahu klotok.

Tapi sekarang dimana kita bisa mencarinya? Jarang sekali, karena pembuatnya harus bersaing dgn mainan plastik asal China yang membanjiri pasar dgn harga murah. Malang nian nasib pembuat perahu klotok ini karena dgn proses yang panjang : membeli seng, mengunting pola, mematri, mengecat dan proses QC (memastikan perahu bisa jalan dan berbunyi tok..tok), ia hanya mendapat keuntungan Rp 500 perbuahnya. Malang juga anak Indonesia yg kelak akan kehilangan mainan yang sangat natural dan 'live' ini.

Aku pikir-pikir banyak juga hal-hal lainnya yang sudah 'di tepi jaman'. Ambil contoh permainan karet, kelereng/gundu/guli, patok lele, gala asin, batalion (petak umpet), engklek, kwaci/wayang, dll. Bagi pasangan muda yang anaknya SD & SMP, apakah masih ada permainan ini di sekolah? Waktu aku SD selain buku, tasku penuh dgn karet, guli/kelreng atau gambaran.

Sekarang, anakku SD kelas 5 seperti tak ada waktu utk bermain. Padahal permainan2 tadi mendidik utk berkompetisi, menjadi pemenang sekaligus belajar menjadi yang kalah, sportifitas dan seterusnya pelajaran yang tak diajarkan gurunya.

Di sekolah anakku, saat ini istirahat 1 diisi makan 'menu 1' berupa snack seperti roti yg dibawakan ibunya dari rumah. Ini dilakukan secara serentak oleh anak-anak lainnya. Makanya kalau kelupaan bawa makanan dia akan aneh sendiri, bisa-bisa menangis. Istirahat ke-2 diisi dgn makan 'menu 2' yaitu makan berat berupa nasi + sayur/lauk. Semua anak wajib makan, karena pulangnya jam 13.30 Wib, belum termasuk kalau ada ekskul, bisa sampai jam 15.00 Wib.

Masa aku SD ada permainan 'game watch' semacam generasi pertama game boy atau play station portable jaman kini. Yang punya permainan ini cuma 1 orang satu kecamatan kami (Kec Tamiang Hulu - Aceh Timur NAD). Nama temanku itu Nasir (almarhum). Kami khusus datang kerumahnya utk menunggu giliran mencoba permainan itu. Saat itu game watch begitu mewah. Memilikinya berarti kemewahan dan keagungan. Akhirnya setelah bagi raport, bapakku membelikan sebuah game watch berwarna biru yg baru dgn game yang berbeda dgn milik Nasir. Jadilah keluarga kami pemilik game watch kedua di kecamatan itu! Wow! (Bandingkan dgn anak2 sekarang, yang memiliki PS, PSP (Play Station Portable), gameboy, PS1 sd 5 NDS, Wii, dan keluar masuk game rental).

Aku sempat berdebat dgn istri saat mengambil keputusan untuk membelikan Gaby, anak kami sebuah PSP sebagai hadiah ultah patungan dgn paman2nya, walaupun akhirnya sepakat untuk membelikan dgn menetapkan aturan.

Bepergian dgn pesawat adalah contoh lain. Tahun 80an kami mengantar Bapak uda (paman - adik bapakku) yang akan berangkat ke Jakarta berbondong bondong ke bandara Polonia Medan. Dibagi-bagi uang lembaran setarus merah bergambar Jendral Soedirman oleh paman yang akan berangkat. Lalu kami naik ke waving galery dan baru pulang setelah pesawat benar banar take off. Sekarang kita bilang : Norak! Tapi itulah jaman itu...

Bandingkan dgn jaman sekarang, semua orang terbang dgn sangat murah. Saat tiket pesawat lagi murah murahnya (sebelum kenaikan BBM thn 2006), temanku yang pengangguran di Jakarta pun wara - wiri Medan - Jakarta naik pesawat!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun