Mohon tunggu...
Obeng Andreas
Obeng Andreas Mohon Tunggu... -

Andreas Obeng, seorang guru yang selama dua puluh tahun pengabdikan diri di dunia pendidikan di pedalam Kalimantan Barat. Tepatnya di SMPN 4 Betenung, sebuah desa yang jaraknya 13 km dari ibu kota Kecamatan Nanga Tayap. Sementara dari pusat Kabupaten Ketapang sekitar 159 km. Dan dari ibu kota Provinsi Kalimantan Barat, Kota Pontianak sejauh 318 km. Benetung merupakan sebuah desa yang masih jauh dari gebyarnya kemajuan. Satu-satunya sarana imformasi adalah melalui media electronic televisi yang menggunakan antena parabola. Akhir-akhir ini di daerah Kecamatan telah dibangun tower telepon seluler dan informasi semakin terbuka. Bahkan kini saya bisa bikin blog berkat sinyal seluler dan modem GPRS.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengalaman Mengajar di Pedalaman Borneo

19 September 2010   07:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:08 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Mengajar di desa punya segudangcerita unik namun menjadi tantangan tugas tersendiri. Ya masalah mulai dari tenaga pengajar kurang, sarana belajar tidak memadai, situasi lingkungan murid yang kurang mendukung, gaji pas-pasan, barang mahal,transpotasi sulit dan seabrek masalah lain.

Mengajar di pedalaman harus bias menahan diri untuk tidak marah kalau murid kurang disiplin, malas sekolah dan belum naik kelas sudah keluar untuk menikah. Di lingkungan yang sempit dalam artian segala hal anak cepat dewasa, anak prempuan umur 13 tahun sudah menikah.Seorangibu menggendong anaknya sambilbermain layaknya remaja pada umumnya menjadi pemandangan biasa di sini. Untunglah ada KB kalau tidak mungkin nanti anaknya bisa banyak sekali. Anak yang lahir dari ibu muda inilah yang kemudian menjadi murid saya. Dan sudah bisa dibayangkan sebagian besar dari mereka daya tangkap terhadap pelajaran lemah sekali.

Mungkin bagi orang kota sulit membayangkan bagaimana seorang murid lulus ujian Sekolah Dasar tetapi tidak bisa membaca. Tapi inilah kenyataan yang kami alami di sini selama 20 tahun. Kami tidak ingin menilaitetapi kenyataan bahwa Sekolah Dasar di Pedalaman diantaranya belum maksimal menerapkan system kompetensi dasar untuk tingkat SD. Akibatnya kami disekolah lanjutanpun mengerjakan pekerjaan dobel.Tentu dampaknya bisa dibayangkan ,akhirnya kami juga tidak bisa maksimal dalam menerapkan kempetensi dasar di tingkat SMP.Mudah-mudahan tidak berlanjut ke tingkat SLTA.

Inilah tantangan Kurikulum KTSP dalam praktiknya di sekolah-sekolah semua tingkatan dipedalaman Kalimantan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun