Mohon tunggu...
Obeng Andreas
Obeng Andreas Mohon Tunggu... -

Andreas Obeng, seorang guru yang selama dua puluh tahun pengabdikan diri di dunia pendidikan di pedalam Kalimantan Barat. Tepatnya di SMPN 4 Betenung, sebuah desa yang jaraknya 13 km dari ibu kota Kecamatan Nanga Tayap. Sementara dari pusat Kabupaten Ketapang sekitar 159 km. Dan dari ibu kota Provinsi Kalimantan Barat, Kota Pontianak sejauh 318 km. Benetung merupakan sebuah desa yang masih jauh dari gebyarnya kemajuan. Satu-satunya sarana imformasi adalah melalui media electronic televisi yang menggunakan antena parabola. Akhir-akhir ini di daerah Kecamatan telah dibangun tower telepon seluler dan informasi semakin terbuka. Bahkan kini saya bisa bikin blog berkat sinyal seluler dan modem GPRS.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mencari Wangsit di Pancur Keramat

19 September 2010   08:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:08 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_262414" align="alignnone" width="300" caption="Inilah batu lingga (bahasa setempat: butoh sengkumang), sebagai tempat pemujaan persis di atas pancur keramat."][/caption]

Kalau anda memiliki banyak persoalan dalam hidup, susah jodoh, ingin punya anak barangkali di sini anda mendapat jawabannya.

Pancur Kasih ini terletak di Dusun Sengkuang, Desa Benua Krio, Kecamatan Hulu Sungai Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat. Letaknya persis di samping Rumah Raja Hulu aek, pemegang pusaka Bosi Koling Tunkat Rayat.

Bentuknya seperti aliran air yang keluar dari tanah seperti sumber air biasa cukup kecil namun tidak pernah kering walau kemarau berbulan-bulan. Airnya bersih dan segar. Penduduk setempat walaupun sudah ada air ledeng masih memanfaatkan air dari sumber itu untuk keperluan air minum karena tidak perlu dimasak lagi langsung diminum dan segar. Lebih segar dari air kemasan.

Menurut keterangan Inti demong adat dusun Sengkuang yang merupakan pewaris dari keramat Pancur Kasihini, “ setiap tahun ratusan orang datang ke sini untuk mandi dan minum airini dan bernajar untuk berbagai keperluan. Selain mencari kesembuhan, keberuntungan dan rejeki ada juga yang menginginkan jabatan, karirnyameningkat dan sebagainya. Hal itu dapat dilihat dari latar belakang para pengunjung yang mengadu nasib ke sini. Diantara para pengunjung adadari kalangan politisi, calon anggota Dewan, calon Bupati, calon Gubernurdan pengusaha. Para pejabat daerah ini yang pernah bernajar di Pancur ini diantaranya adalah : mantan Bupati Ketapang H Morkes Efendi, S.Pd. MH., Gubenur Kalimantan Barat Drs Cornelis, MH, Bupati Ketapang Drs Hendrikus , Msi. Dan masih banyak lagi tokoh lain yang pernah ke sini memohon berkah”cerita Inti.

Bagaimana prosesi ritual bernajar di Pancur Keramat ini? Menurut penuturan Inti, untuk mendapatkan berkah di Pancur ini sangat mudah.Tidak perlu bertapa dan melakukan ritual tertentu, cukup membawa koin atau paku dan dilemparkan ke aliran sumber dan kita meminum air, cuci muka sambil bernajar yaitu menyebut keinginan kita. Kalau kita beruntung dan niat kita akan segera dikabulkan maka segera keluar binatang labi-labi dari dalam air ke permukaan. Biasanya muncul satu ekor, namun tidak jarang juga lebih dari satu ekor. Nah itu pertanda apa yang kita harapkan akan terwujud.

Ritual selanjutnya singgah di rumah Raja Hulu Aek. Sang raja yang sederhana ini namanyaPetrus Singa Bansaadalah generasi ke 52 dari pemegang pusaka Bosi Koling Tunkat Rayat atau ke 7 yang masih dapat diingat namanya. Sebab yang ke 45 pendahulunya tidak bisa diingat lagi. Karena memang tidak ada catatan sejarahnya. Raja iniakan menerima setiap tamu dengan penuh kekeluargaan tanpa protokoler layaknya bertamu biasa di rumahsaudara sendiri.

Nah di sini selanjutnya anda menyampaikan niat kepada sang raja untuk dilakukan ritual najar terhadap pusaka Bosi Koling Tunkat Rayat. Raja dengan pembantunya akan melakukan ritual untuk anda. Sebab anda tidak boleh lihat pusaka itu, tempat penyimpannya saja tidak boleh dilihat tercuali pada hari pesta muruba tanggal 26 Juni. Menurut sumpahnya siapasaja ( tercuali pemangkunya yaitu raja) yang melihatnya baik sengaja maupun tidak sengaja akan mati mendadak .

Jadi ritualnya cukup diwakilkan kepadasang raja saja. Raja saja yang mewakili kita untuk mohon kekuatan kepada pusaka tersebut. Dan segala pengkerasnya ( biaya kelengkapan ritualnya diberikan kepada raja).

Nah bagaimana cara menuju lokasi ini?Dari Pontianak kita dapat memakai jalurudara sekitar 45 menit menuju Ketapang, atau laut yakni memakai kapal cepat yakni 5 jam, dan melalui Fery sekitar 12 jam. Sampai di Ketapang bias dua jalur juga menuju Sandai, jalur darat 4,5 jam dan melalui sungai/long board sekitar 3 jam. Dari Sandai menuju Sengkuang dapat dua jalur yakni jalur sungai naik motor tambang sekitar 5 jam dan melalui darat sekitar 1,5 jam namun lintasan darat ini belum ada kendaraan umum. Jadi harus mengojek.

Ada iven yang setiap tahun yang cukup ramai diistana ini yakni pada prosesi upacara meruba yang dilaksanakan setiap tanggal 26 Juni. Pada upacara ini Benda pusaka di bersihkan memakai kembang setaman termasuk keramat Bosi Koling Tunkat Rayat. Hanya Rajalah yang dapat menyentuh barang itu, bahkan dia tidak boleh melihatnya ketika membersihkanya. Sebab menurut sumpahnya siapa yang melihatnya akan buta. Kalau anda penasaranapa salahnya kalau andaberkunjung ke sini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun