Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Politik, Iptek, Pendidikan, dan Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Si Ambisius

26 Januari 2025   16:48 Diperbarui: 26 Januari 2025   17:56 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Napoleon Bonaporte, seorang yang ambisius dalam kekuasaan (PIXABAY.com/WikiImages)

Ambisi sering kali menjadi pendorong utama dalam kehidupan. Ia mendorong kita untuk bermimpi besar, berusaha lebih keras, dan meraih pencapaian yang mungkin tampak mustahil. 

Seperti pisau bermata dua, ambisi yang tidak terkendali dapat membawa kehancuran, baik bagi diri sendiri maupun orang di sekitar kita. Artikel ini mengeksplorasi bagaimana ambisi dapat diarahkan dengan kerendahan hati, menciptakan keseimbangan yang tidak hanya mendukung kesuksesan pribadi tetapi juga membawa dampak positif bagi komunitas.

Ambisi: Antara Berkat dan Beban

Ambisi adalah kekuatan yang luar biasa. Tanpa ambisi, peradaban manusia mungkin tidak akan mencapai kemajuan seperti sekarang. Sejarah mencatat banyak tokoh besar yang mengubah dunia karena ambisinya. Ketika ambisi menjadi tujuan akhir, tanpa disertai dengan kerendahan hati, ia bisa menjadi beban yang menghancurkan.

Ambil contoh Napoleon Bonaparte, pemimpin militer dan politik Prancis yang ambisius. Dari seorang perwira biasa, ia berhasil menjadi Kaisar yang mendominasi Eropa. 

Visi besarnya meliputi reformasi sosial dan hukum melalui Code Napoleon, tetapi ambisi yang tak terkendali, seperti invasinya ke Rusia, akhirnya membawa kehancuran. Kisah Napoleon mengajarkan kita bahwa ambisi tanpa kerendahan hati dan pertimbangan moral dapat menjadi bumerang.

Dalam konteks kepemimpinan, ambisi sering kali menjadi elemen penting untuk menginspirasi dan memotivasi orang lain. Namun, ada perbedaan antara ambisi yang sehat dan ambisi yang destruktif. 

Pemimpin yang memiliki ambisi sehat memanfaatkan kekuatan tersebut untuk membangun tim, mendorong inovasi, dan menciptakan perubahan positif. Ia menyadari bahwa kesuksesan bukanlah pencapaian individu semata, tetapi hasil kerja sama dan keberhasilan bersama.

Baca juga: Si Pongah

Sebaliknya, ambisi yang berlebihan dapat memunculkan sikap arogan dan manipulatif. Pemimpin yang terobsesi dengan ambisi pribadinya sering kali mengabaikan nilai-nilai moral, tata krama, dan kebutuhan orang lain. Hal ini menciptakan lingkungan kerja yang penuh tekanan dan persaingan tidak sehat.

Kerendahan Hati sebagai Penyeimbang

Kerendahan hati adalah kunci untuk mengarahkan ambisi ke arah yang benar. Dalam Filipi 2:3-4, Paulus menulis, "Janganlah kamu melakukan sesuatu karena kepentingan sendiri atau karena kesombongan, melainkan dengan rendah hati anggaplah orang lain lebih utama daripada dirimu sendiri." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun