Gunungkidul, sebuah wilayah dengan pesona alam yang memukau, kini memiliki daya tarik baru yang menyambut para pengunjungnya dengan kehangatan budaya dan keindahan visual.Â
Tugu Tobong Gamping, yang berdiri megah di Bundaran Siyono, Kalurahan Logandeng, Kapanewon Playen, bukan hanya sekadar monumen, tetapi juga simbol transformasi kawasan menjadi ruang publik yang strategis dan estetik.
Simbol Budaya dan Sejarah
Tugu Tobong Gamping terinspirasi dari "tobong" atau tempat pembakaran batu gamping, sebuah tradisi lokal yang telah lama menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Gunungkidul.Â
Batu gamping, yang diolah menjadi kapur, dahulu digunakan sebagai bahan campuran semen, pasir, dan bahkan untuk pengecatan rumah. Proses pembakaran batu gamping, yang masih dapat disaksikan di beberapa tempat seperti Kalurahan Piyaman, Kapanewon Wonosari, melibatkan keahlian lokal yang memanfaatkan bahan bakar kayu dan ban bekas dengan bantuan blower untuk menjaga api tetap stabil.
Tugu ini, dengan desainnya yang khas, tidak hanya menjadi pengingat sejarah dan tradisi, tetapi juga penghormatan terhadap warisan budaya masyarakat Gunungkidul.
Lokasi Strategis, Gerbang Gunungkidul
Terletak di Bundaran Siyono, Tugu Tobong Gamping menjadi pintu masuk utama bagi siapa saja yang datang ke Gunungkidul. Dengan posisinya yang strategis, pengunjung dari berbagai penjuru, baik wisatawan lokal maupun mancanegara, langsung disambut oleh ikon yang merepresentasikan identitas wilayah ini.Â
Kawasan ini juga menjadi titik transit menuju Kota Wonosari dan berbagai destinasi wisata unggulan di Gunungkidul, seperti pantai-pantai eksotis, gua-gua alami, hingga bukit karst yang memukau.
Penataan kawasan di sekitar Tugu Tobong menyerupai pedestrian Malioboro, Yogjakarta, lengkap dengan trotoar yang nyaman, tempat duduk, dan lampu-lampu yang menyala indah di malam hari.Â
Kawasan ini kini menjadi pusat keramaian, di mana warga dan wisatawan dapat bersantai, berfoto, hingga menikmati kuliner lokal yang dijajakan pedagang kaki lima.