Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Politik, Iptek, Pendidikan, dan Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kemenangan Pasangan Pramono Anung-Rano Karno di Pilgub Jakarta Melawan Koalisi Gemuk

13 Desember 2024   08:34 Diperbarui: 13 Desember 2024   09:57 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasangan terpilih dalam Pilkada Daerah Khusus Jakarta Pramono Anung -Rano Karno(Bisnis/Arief Hermawan P)

Pasangan Pramono Anung-Rano Karno berhasil mencatatkan kemenangan telak di seluruh wilayah Jakarta, termasuk daerah yang secara tradisional memiliki preferensi politik yang berbeda. 

Strategi Politik Inklusif 

Dengan menggandeng elemen-elemen masyarakat dari berbagai latar belakang, pasangan ini mencerminkan harapan baru bagi Jakarta. 

Pendekatan berbasis kebutuhan lokal, seperti rencana revitalisasi transportasi publik dan peningkatan kualitas lingkungan hidup, menjadi daya tarik kuat bagi pemilih urban.

Keunggulan pasangan ini juga dipengaruhi oleh personal branding mereka. 

Pramono dikenal sebagai politisi berpengalaman yang memahami birokrasi, sementara Rano Karno, melalui popularitasnya sebagai tokoh budaya, berhasil menjangkau kelompok masyarakat yang lebih luas. 

Sinergi ini menghasilkan daya tarik yang sulit ditandingi oleh pasangan calon lain.

Strategi Politik Inklusif dan Efek Elektoralnya

Yunarto Wijaya menyebut kekuatan kolaborasi sebagai kunci utama kemenangan Pramono-Rano. 

Dengan mengintegrasikan pendukung Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), pasangan ini menciptakan narasi persatuan yang membedakan mereka dari kompetitor. 

Langkah ini tidak hanya meredam polarisasi, tetapi juga memperluas basis dukungan politik mereka.

Strategi ini juga mencerminkan pemahaman mendalam tentang psikologi pemilih Jakarta yang semakin kritis terhadap politik identitas. 

Dengan menawarkan solusi konkret dan fokus pada inklusivitas, pasangan Pramono-Rano berhasil menarik simpati pemilih moderat yang selama ini merasa teralienasi oleh narasi polarisasi.

Pelajaran dari Kampanye yang Terpecah

Sebaliknya, pasangan Ridwan Kamil-Suswono gagal memanfaatkan kekuatan koalisi besar yang mendukung mereka. 

Narasi politik mereka, yang cenderung memecah belah, menjadi salah satu penyebab utama kekalahan. 

Ketergantungan pada dukungan figur nasional seperti Presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto ternyata tidak cukup untuk mengatasi lemahnya strategi komunikasi mereka.

Maruarar Sirait, salah satu tokoh kunci dalam tim kampanye RK-Suswono, juga dinilai terlalu fokus pada isu-isu yang bersifat polarisatif. 

Strategi ini justru mengasingkan pemilih yang mencari stabilitas dan solusi nyata. 

Kekalahan ini menjadi pelajaran penting bahwa dukungan tokoh besar tidak akan efektif jika tidak didukung oleh pendekatan kampanye yang relevan dan inklusif.

Dinamika Pemilih Jakarta: Antara Polarisasi dan Harapan Baru

Jakarta sebagai pusat politik dan ekonomi memiliki dinamika pemilih yang unik. 

Masyarakat ibu kota cenderung lebih kritis dan menuntut kandidat yang mampu memberikan solusi nyata. 

Dalam konteks ini, Pramono-Rano berhasil memenuhi ekspektasi tersebut melalui program-program yang fokus pada kebutuhan lokal, seperti peningkatan kualitas transportasi dan penanganan banjir.

Di sisi lain, narasi persatuan yang mereka bawa juga mencerminkan aspirasi masyarakat yang semakin lelah dengan konflik politik. 

Pendekatan ini memberikan harapan baru bahwa perbedaan dapat dijembatani untuk mencapai tujuan bersama.

Implikasi Kemenangan Pramono-Rano

Kemenangan Pramono Anung dan Rano Karno bukan hanya kemenangan bagi mereka, tetapi juga bagi masyarakat Jakarta yang mendambakan perubahan. 

Tantangan ke depan adalah merealisasikan visi dan janji kampanye mereka. Isu-isu seperti transportasi publik, kualitas lingkungan, dan kesejahteraan masyarakat harus menjadi prioritas utama.

Selain itu, keberhasilan ini memberikan pelajaran penting bagi partai politik di Indonesia. Politik inklusif dan kolaboratif terbukti lebih efektif dibandingkan pendekatan yang mengedepankan polarisasi. 

Jika Pramono-Rano mampu mempertahankan pendekatan ini selama masa pemerintahan mereka, Jakarta berpotensi menjadi model keberhasilan yang dapat diikuti daerah lain.

Dengan narasi persatuan yang diusung, pasangan ini juga memiliki peluang untuk memperkuat hubungan antara pemerintah daerah dan masyarakat. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun