Strategi ini juga mencerminkan pemahaman mendalam tentang psikologi pemilih Jakarta yang semakin kritis terhadap politik identitas.Â
Dengan menawarkan solusi konkret dan fokus pada inklusivitas, pasangan Pramono-Rano berhasil menarik simpati pemilih moderat yang selama ini merasa teralienasi oleh narasi polarisasi.
Pelajaran dari Kampanye yang Terpecah
Sebaliknya, pasangan Ridwan Kamil-Suswono gagal memanfaatkan kekuatan koalisi besar yang mendukung mereka.Â
Narasi politik mereka, yang cenderung memecah belah, menjadi salah satu penyebab utama kekalahan.Â
Ketergantungan pada dukungan figur nasional seperti Presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto ternyata tidak cukup untuk mengatasi lemahnya strategi komunikasi mereka.
Maruarar Sirait, salah satu tokoh kunci dalam tim kampanye RK-Suswono, juga dinilai terlalu fokus pada isu-isu yang bersifat polarisatif.Â
Strategi ini justru mengasingkan pemilih yang mencari stabilitas dan solusi nyata.Â
Kekalahan ini menjadi pelajaran penting bahwa dukungan tokoh besar tidak akan efektif jika tidak didukung oleh pendekatan kampanye yang relevan dan inklusif.
Dinamika Pemilih Jakarta: Antara Polarisasi dan Harapan Baru
Jakarta sebagai pusat politik dan ekonomi memiliki dinamika pemilih yang unik.Â