Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Politik, Iptek, Pendidikan, dan Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Merayakan Kehadiran Allah dalam Keragaman Budaya Nusantara

4 Desember 2024   05:42 Diperbarui: 5 Desember 2024   13:04 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perayaan Natal di Sekolah Tinggi Teologi Jemaat Kristus Indonesia (STTJKI) tahun ini hadir dengan keunikan yang memukau. 

Tidak hanya menjadi perayaan rohani, Natal di STTJKI juga menjadi wadah untuk menampilkan keragaman budaya Nusantara, mencerminkan harmoni antara iman Kristen dan tradisi lokal. 

Inklusivitas Kristus bagi semua bangsa 

Salah satu momen istimewa adalah pembacaan berita kelahiran Kristus dari Lukas 2:10-11 dalam berbagai bahasa daerah, seperti Nias, Kalimantan, Jawa, Ambon, Sunda, Papua, Luwuk Banggai (Sulawesi Tengah), dan Sabu (NTT). 

Pembacaan oleh mahasiswa STTJKI ini menegaskan bahwa kelahiran Sang Juruselamat adalah untuk semua suku dan budaya, tanpa kecuali.

Kekayaan Budaya

Hadirin menambah keindahan acara dengan mengenakan pakaian adat dari berbagai daerah di Indonesia. Setiap busana adat yang dikenakan menjadi simbol kekayaan budaya Indonesia yang dipersatukan oleh kasih Kristus. 

Performance mahasiswa dalam acara Natal STTJKI 2024 (Dokumentasi: Kondang)
Performance mahasiswa dalam acara Natal STTJKI 2024 (Dokumentasi: Kondang)
Para pemusik turut mempersembahkan iringan musik sambil mengenakan pakaian adat Bali, menegaskan bahwa kehadiran Allah dirayakan dalam konteks budaya yang kaya makna.

Dalam momen penyalaan lilin, lagu Dalu Adi dalam bahasa Jawa dibawakan oleh mahasiswa tingkat akhir STTJKI, mengajak jemaat merenungkan kasih Allah melalui harmoni lembut yang memadukan keindahan iman dan budaya. 

Lagu ini membawa pesan Natal bahwa Allah adalah terang yang mengalahkan kegelapan. 

Memuliakan Tuhan dengan Lagu Daerah 

Salah satu momen yang mencuri perhatian adalah persembahan lagu Papua oleh Ketua STTJKI, Dr. Hery Susanto, bersama mahasiswa tingkat pertama, Yonsina dan Edoardus. 

Dengan suara yang penuh penghayatan, mereka membawakan lagu dari tanah Papua yang berjudul: Ninowe Yesus O. Pujian tersebut memancarkan semangat dan sukacita Natal. 

Lagu ini tidak hanya menyentuh hati tetapi juga menggambarkan bagaimana keindahan budaya Papua dipersembahkan untuk memuliakan Tuhan.

Keceriaan semakin lengkap saat dosen dan staf STTJKI menyanyikan lagu Jawa Los ora Rewel dengan penuh semangat. 

Lagu ini mengingatkan jemaat bahwa sukacita Natal dapat dirayakan dengan sederhana namun tetap penuh makna. Melalui kesederhanaannya, perayaan ini mencerminkan kasih Allah yang menyentuh setiap hati.

Seluruh rangkaian Natal di STTJKI menunjukkan bagaimana inklusivitas kehadiran Allah melampaui batas budaya dan geografis. Dalam setiap bahasa, lagu, dan pakaian adat, kasih Allah yang universal menjadi nyata. 

Natal ini menjadi pengingat bahwa Allah hadir untuk semua suku dan bangsa, membawa pengharapan dan terang bagi setiap insan.

Pakaian adat yang dikenakan jemaat tidak hanya memperindah suasana tetapi juga menegaskan identitas budaya yang diterangi oleh Kristus. 

Dalam keberagaman ini, bersatu Memuji 

Musik, sebagai elemen penting dalam perayaan ini, memperkaya acara dengan harmoni yang menginspirasi dan menyatukan jemaat dalam pujian kepada Allah. 

Para pemusik yang mengenakan pakaian adat Bali menyampaikan simbol bahwa keberagaman budaya dapat berpadu untuk memuliakan Tuhan.

Pesan Natal dalam berbagai bahasa dan budaya mengingatkan bahwa kasih Allah melampaui semua perbedaan. 

Sebagaimana berita kelahiran Yesus pertama kali disampaikan kepada para gembala sederhana, demikian pula kabar sukacita ini menyapa hati setiap orang di seluruh Indonesia.

Pesan Kasih dalam Keragaman

Natal di STTJKI bukan sekadar perayaan tradisional, melainkan juga panggilan untuk terus mewartakan kasih Allah kepada semua bangsa. 

Dalam keberagaman budaya yang indah, jemaat diajak untuk menyadari bahwa Allah hadir di tengah-tengah mereka, membawa harapan dan terang baru.

Perayaan ini menjadi teladan nyata bagaimana iman Kristen memperkaya tradisi lokal tanpa mengubah esensi spiritualnya. 

Melalui harmoni lagu, doa, dan pakaian adat, STTJKI menghadirkan Natal yang inklusif, penuh makna, dan merayakan kehadiran Allah di tengah keberagaman Nusantara.

Semangat Natal di STTJKI menginspirasi jemaat untuk memancarkan kasih Kristus kepada sesama.

Terang kelahiran-Nya di Betlehem kini hadir dalam setiap bahasa dan budaya, membawa sukacita dan damai bagi semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun