Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Politik, Iptek, Pendidikan, dan Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menyingkapi Tirai Kekuasaan: Distorsi Demokrasi Indonesia

1 Desember 2024   14:02 Diperbarui: 3 Desember 2024   14:00 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kursi keuadaan (Sumber: rumahpemilu.org)

Demokrasi sering kali dipandang sebagai puncak sistem pemerintahan modern, dengan klaim utama bahwa kekuasaan berada di tangan rakyat.

Prinsip ini bertujuan memberikan hak suara yang setara bagi setiap individu, memastikan keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan, dan menjadikan pemimpin bertanggung jawab kepada publik.

Demokrasi Mudah Dimanuipulasi

Dalam praktiknya, demokrasi kerap berubah menjadi alat untuk mempertahankan kekuasaan oleh segelintir elite politik, bahkan digunakan untuk kepentingan keluarga atau kelompok tertentu.

Sejak zaman Yunani Kuno, demokrasi telah menjadi simbol kebebasan dan kesetaraan. Filosofi ini berakar pada ide bahwa semua warga negara berhak untuk berpartisipasi dalam pemerintahan, tanpa memandang status sosial atau ekonomi.

Seperti yang diungkapkan Aristoteles, demokrasi juga rentan terhadap manipulasi oleh demagog yang mengutamakan kepentingan pribadi di atas kesejahteraan rakyat.

Pandangan ini semakin relevan dalam konteks politik modern, di mana elite politik sering kali memanfaatkan kelemahan sistem untuk mempertahankan kekuasaan.

Dinasti Politik Perusak Demokrasi

Salah satu distorsi terbesar dalam demokrasi adalah fenomena dinasti politik. Dalam sistem ini, kekuasaan berpindah dari satu anggota keluarga ke anggota keluarga lain, tanpa membuka peluang yang sama bagi kandidat baru.

Praktik ini tidak hanya mengurangi esensi demokrasi sebagai sistem yang inklusif, tetapi juga menguatkan dominasi kelompok tertentu dalam politik.

Akibatnya, kebijakan yang dihasilkan sering kali tidak mencerminkan kebutuhan masyarakat luas, melainkan lebih kepada melanggengkan pengaruh keluarga tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun