kaleng sebagai lauk pendamping.Â
Polemik mengenai pilihan menu dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) semakin hangat diperbincangkan, terutama setelah munculnya usulan penggunaan ikanSetelah kontroversi sebelumnya mengenai penggunaan susu ikan, perhatian kini beralih ke apakah ikan kaleng, seperti sarden dan ikan tongkol, bisa menjadi pilihan yang tepat.Â
Usulan tersebut datang dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), yang dipimpin oleh Menteri Sakti Wahyu Trenggono, yang menilai bahwa ikan kaleng memiliki kandungan protein yang mencukupi dan praktis untuk didistribusikan dalam program tersebut.
Namun, ide ini memicu berbagai tanggapan, baik yang mendukung maupun yang menentangnya. Beberapa pihak menganggap ikan kaleng sebagai pilihan yang efisien dari segi biaya dan distribusi, mengingat kemasannya yang tahan lama.Â
Namun, ada pula kekhawatiran mengenai kualitas gizi ikan kaleng dan potensi masalah kesehatan yang bisa timbul, terutama terkait dengan proses pengemasan dan pengolahan yang tidak sempurna.
Menurut ahli gizi, kualitas gizi ikan kaleng sangat bergantung pada metode pengolahan dan bahan tambahan yang digunakan. Ikan kaleng yang dimasak dengan air (spring water) memiliki kandungan gizi yang hampir setara dengan ikan segar.Â
Namun, jika dimasak dengan minyak atau tambahan garam, kandungan kalori dan natriumnya bisa meningkat, yang berisiko bagi mereka yang memiliki masalah kesehatan tertentu seperti hipertensi.Â
Selain itu, jika kemasan kaleng rusak atau kadaluarsa, ada risiko berkembangnya bakteri berbahaya, seperti Clostridium botulinum, yang dapat menyebabkan botulisme, penyakit yang berpotensi fatal.
Masalah lain yang perlu diperhatikan adalah kebersihan dan pengemasan ikan kaleng itu sendiri. Meskipun proses pengalengan dapat menjaga makanan dalam jangka waktu yang lama, kualitas gizi ikan bisa terpengaruh jika pengemasan tidak dilakukan dengan standar yang baik.Â
Oleh karena itu, pemerintah perlu memastikan bahwa ikan kaleng yang dipilih untuk program MBG memenuhi standar kebersihan dan pengemasan yang ketat. Pemeriksaan dan verifikasi terhadap produk yang diusulkan oleh KKP perlu dilakukan oleh Badan Gizi Nasional untuk memastikan bahwa produk yang disetujui tidak hanya aman, tetapi juga memenuhi kebutuhan gizi yang seimbang bagi masyarakat.
Selain itu, usulan penggunaan ikan kaleng dalam program MBG juga berhubungan dengan masalah anggaran. Mengingat anggaran yang terbatas, ikan kaleng memang menjadi pilihan yang lebih ekonomis dibandingkan ikan segar.Â