Ikan kaleng juga lebih mudah disimpan dan didistribusikan ke daerah-daerah yang sulit dijangkau. Namun, keputusan untuk memilih ikan kaleng harus mempertimbangkan tidak hanya biaya langsung, tetapi juga dampaknya terhadap kesehatan masyarakat. Jika ikan kaleng yang dipilih tidak memenuhi standar kualitas atau mengandung bahan tambahan yang berbahaya, biaya kesehatan jangka panjang bisa lebih besar daripada penghematan yang diperoleh dari pemilihan bahan yang lebih murah.
Sebagai contoh, jika ikan kaleng yang dikonsumsi masyarakat mengandung kadar garam atau lemak yang tinggi, ini bisa meningkatkan risiko penyakit jantung dan hipertensi, yang pada akhirnya menambah beban biaya untuk perawatan kesehatan. Oleh karena itu, pemerintah perlu memastikan bahwa penggunaan ikan kaleng dalam program MBG tidak hanya didasarkan pada pertimbangan biaya, tetapi juga pada pertimbangan kesehatan jangka panjang bagi penerima manfaat.
Pengelolaan anggaran untuk program MBG juga harus memperhatikan kualitas pengolahan dan distribusi makanan. Ikan kaleng mungkin lebih mudah didistribusikan dan disimpan, tetapi jika distribusinya tidak dikelola dengan baik, risiko kerusakan atau kontaminasi bisa terjadi. Kemasan yang penyok atau rusak, misalnya, dapat meningkatkan risiko keracunan makanan, yang akan menambah biaya kesehatan yang tidak diinginkan.
Dengan demikian, pengelolaan anggaran yang efisien harus sejalan dengan upaya untuk memastikan bahwa setiap bahan pangan yang digunakan dalam program MBG memenuhi standar gizi dan keamanan yang tinggi. Pemerintah dan lembaga terkait harus bekerja sama dengan pihak-pihak yang berkompeten dalam pengawasan kualitas pangan untuk memastikan bahwa setiap produk yang dipilih tidak hanya terjangkau tetapi juga bergizi dan aman bagi masyarakat.
Penggunaan ikan kaleng dalam program MBG juga harus mempertimbangkan keberlanjutan dan keberagaman pangan. Walaupun ikan kaleng bisa menjadi pilihan yang praktis, tidak boleh ada ketergantungan yang berlebihan pada produk olahan yang memiliki keterbatasan dalam hal kandungan gizi. Oleh karena itu, penting untuk mengkombinasikan ikan kaleng dengan sumber pangan lain yang memiliki kandungan gizi lengkap dan seimbang, seperti sayuran, buah-buahan, dan sumber protein lainnya.
Pada akhirnya, pemilihan menu dalam program MBG harus berbasis pada penelitian yang mendalam mengenai kebutuhan gizi masyarakat dan potensi dampak kesehatan jangka panjang. Keputusan ini tidak hanya melibatkan aspek ekonomi, tetapi juga mempertimbangkan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat dalam jangka panjang. Jika program ini dirancang dengan baik dan dipantau dengan ketat, manfaat yang diberikan akan lebih besar daripada potensi risikonya.
Meskipun ikan kaleng dapat menjadi bagian dari solusi untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat dengan anggaran terbatas, penggunaannya dalam program MBG harus dipertimbangkan secara hati-hati. Proses seleksi yang melibatkan ahli gizi dan kesehatan, serta verifikasi kualitas produk yang ketat, menjadi kunci untuk memastikan bahwa program ini tidak hanya efisien dari segi biaya, tetapi juga aman dan memberikan manfaat gizi yang optimal bagi masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H