Pemasangan yang tidak teratur ini semakin memperburuk tampilan visual kota dan menciptakan ketidakteraturan.
Iklan Visual yang Membingungkan
Hal ini berpotensi membuat masyarakat bingung, karena di satu sisi mereka melihat upaya penataan dari penyelenggara, namun di sisi lain mereka juga disajikan dengan iklan-iklan visual yang seolah tidak terkendali.
Fenomena pemasangan banner yang tidak teratur ini juga mencerminkan kesenjangan antara niat untuk memperkenalkan calon dengan cara yang efektif dan praktik yang sering kali terkesan gegabah.
Para pendukung partai mungkin berpikir bahwa semakin banyak banner yang dipasang, semakin besar pula peluang calon tersebut untuk dikenal. Namun, hal ini justru bisa berisiko memperburuk citra calon, terutama jika pemasangan banner dilakukan tanpa memperhatikan estetika dan kepatuhan terhadap aturan yang berlaku.Â
Ini mengundang kritik bahwa pemasangan banner lebih berfokus pada kuantitas dan visibilitas jangka pendek, ketimbang kualitas dan substansi jangka panjang yang seharusnya menjadi fokus utama kampanye.
Minimnya Informasi tentang Calon
Selain itu, penggunaan banner yang masif ini sering kali tidak sebanding dengan upaya penyampaian informasi yang lebih mendalam tentang calon.Â
Banyak pemilih yang terpengaruh oleh gambar besar atau slogan-slogan sederhana tanpa memahami dengan jelas apa yang akan dilakukan oleh calon tersebut jika terpilih.Â
Pada akhirnya, ini menciptakan fenomena di mana pemilih lebih mengandalkan penampilan visual ketimbang pertimbangan berbasis informasi yang substansial.
Sementara itu, dalam konteks Pilkada yang ideal, pemilih seharusnya tidak hanya memilih berdasarkan citra yang diciptakan oleh pemasangan banner, tetapi berdasarkan pemahaman yang lebih mendalam tentang calon tersebut.Â