Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Politik, Iptek, Pendidikan, dan Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Efektivitas Pemasangan Banner Calon Kepala Daerah dalam Pilkada 2024, Antara Masif vs Substansi

11 November 2024   08:15 Diperbarui: 11 November 2024   12:37 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bawaslu Kota Salatiga melakukan penertiban APK-Pilkada.(Dok Bawaslu Kota Salatiga via rri.co.id)

Pemasangan yang tidak teratur ini semakin memperburuk tampilan visual kota dan menciptakan ketidakteraturan.

Iklan Visual yang Membingungkan

Hal ini berpotensi membuat masyarakat bingung, karena di satu sisi mereka melihat upaya penataan dari penyelenggara, namun di sisi lain mereka juga disajikan dengan iklan-iklan visual yang seolah tidak terkendali.

Fenomena pemasangan banner yang tidak teratur ini juga mencerminkan kesenjangan antara niat untuk memperkenalkan calon dengan cara yang efektif dan praktik yang sering kali terkesan gegabah.

Para pendukung partai mungkin berpikir bahwa semakin banyak banner yang dipasang, semakin besar pula peluang calon tersebut untuk dikenal. Namun, hal ini justru bisa berisiko memperburuk citra calon, terutama jika pemasangan banner dilakukan tanpa memperhatikan estetika dan kepatuhan terhadap aturan yang berlaku. 

Ini mengundang kritik bahwa pemasangan banner lebih berfokus pada kuantitas dan visibilitas jangka pendek, ketimbang kualitas dan substansi jangka panjang yang seharusnya menjadi fokus utama kampanye.

Minimnya Informasi tentang Calon

Selain itu, penggunaan banner yang masif ini sering kali tidak sebanding dengan upaya penyampaian informasi yang lebih mendalam tentang calon. 

Banyak pemilih yang terpengaruh oleh gambar besar atau slogan-slogan sederhana tanpa memahami dengan jelas apa yang akan dilakukan oleh calon tersebut jika terpilih. 

Pada akhirnya, ini menciptakan fenomena di mana pemilih lebih mengandalkan penampilan visual ketimbang pertimbangan berbasis informasi yang substansial.

Sementara itu, dalam konteks Pilkada yang ideal, pemilih seharusnya tidak hanya memilih berdasarkan citra yang diciptakan oleh pemasangan banner, tetapi berdasarkan pemahaman yang lebih mendalam tentang calon tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun