Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Iptek, dan Pendidikan, Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gereja Dalam Tradisi Modern: Adapatif dan Transformatif

1 November 2024   17:24 Diperbarui: 1 November 2024   19:21 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gedung Gereja/ pixabay.com

Di era modern ini, gereja menghadapi tantangan untuk tetap relevan di tengah perubahan sosial dan budaya, terutama di kalangan generasi milenial dan Z. 

Generasi ini, yang tumbuh di era digital, memiliki harapan dan cara beribadah yang berbeda dari generasi sebelumnya. 

Mereka cenderung mencari pengalaman ibadah yang tidak hanya spiritual tetapi juga interaktif dan mendalam, mencerminkan sebuah "tradisi modern" dalam bergereja.

Ibadah yang Bersifat Inklusif

Salah satu perubahan signifikan yang terlihat adalah pergeseran menuju ibadah yang lebih inklusif, sebuah bentuk tradisi modern yang memungkinkan jemaat berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan rohani. 

Generasi milenial dan Z sangat menghargai kesempatan untuk berpartisipasi dan berbagi dalam pengalaman ibadah. 

Oleh karena itu, gereja-gereja mulai mengadaptasi format ibadah dengan melibatkan jemaat dalam diskusi, sesi tanya jawab, dan elemen interaktif lainnya, menjadikan ibadah sebagai pengalaman kolektif yang lebih bermakna.

Gereja dan Platform Digital

Teknologi telah menjadi alat yang sangat penting dalam menjangkau generasi muda dan mengimplementasikan tradisi modern dalam bergereja. 

Gereja kini memanfaatkan platform digital untuk mengadakan ibadah online, melakukan streaming langsung, dan menyediakan rekaman khotbah di berbagai platform. 

Baca juga: Tradisi

Hal ini memungkinkan jemaat, terutama yang tidak dapat hadir secara fisik, untuk tetap terhubung dengan komunitas gereja mereka dan mengakses materi spiritual kapan saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun