Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Iptek, dan Pendidikan, Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Gereja dalam Tradisi Modern: Adapatif dan Transformatif

1 November 2024   17:24 Diperbarui: 2 November 2024   08:16 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gedung Gereja/Pixabay

Medsos Sebagai Tradisi Modern

Media sosial juga berperan besar dalam cara gereja berkomunikasi dengan generasi milenial dan Z sebagai bagian dari tradisi modern. 

Gereja yang aktif di media sosial dapat menjangkau lebih banyak orang, termasuk mereka yang mungkin tidak terbiasa dengan tradisi gereja konvensional. 

Dengan menggunakan platform seperti Instagram dan TikTok, gereja dapat menyampaikan pesan-pesan iman dengan cara yang lebih kreatif dan menarik perhatian anak muda.

Musik dalam Tradisi Modern

Dalam rangka menarik minat generasi muda, banyak gereja kini mengadopsi gaya musik kontemporer, seperti pop dan rock, yang lebih sesuai dengan selera mereka. 

Musik yang dinamis dan energik ini membantu menciptakan suasana ibadah yang lebih menarik dan menyenangkan, menjadikan ibadah terasa lebih relevan bagi jemaat muda.

Selain itu, penting bagi gereja untuk menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan relevan dengan kehidupan sehari-hari sebagai bagian dari tradisi modern. 

Khotbah yang disampaikan dalam bahasa yang akrab dan tidak bertele-tele membuat pesan rohani lebih mudah diterima. 

Generasi milenial dan Z cenderung mencari pemahaman yang langsung dapat diterapkan dalam kehidupan mereka, sehingga penggunaan bahasa yang tepat sangat penting.

Pengembangan aplikasi gereja yang memungkinkan jemaat mengakses informasi tentang kegiatan, memberikan persembahan, atau berpartisipasi dalam kelompok doa secara online juga merupakan bagian dari tradisi modern dalam bergereja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun