Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Politik, Iptek, Pendidikan, dan Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menilik Kejayaan Sritex: Dulu Berkibar, Kini Butuh Penyelamatan

30 Oktober 2024   13:08 Diperbarui: 30 Oktober 2024   14:41 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun, realitas pahit yang dihadapi perusahaan ini, dengan total utang mencapai US$1,6 miliar, mencerminkan kompleksitas tantangan yang dihadapi dalam dunia bisnis yang semakin kompetitif. 

Kegagalan Sritex untuk memenuhi kewajiban pembayaran kepada kreditur mengingatkan kita bahwa kesuksesan di masa lalu tidak menjamin keberlanjutan di masa depan. 

Ketika perusahaan terjebak dalam siklus utang yang menggunung, di mana bunga utang bank dan obligasi mendominasi, risiko kebangkrutan menjadi semakin nyata.

Kejatuhan Sritex juga menyoroti pentingnya diversifikasi dalam strategi bisnis. Ketergantungan pada satu jenis produk atau klien tertentu dapat menjadi bumerang jika kondisi pasar berubah atau jika ada persaingan yang lebih kuat. 

Dilema Permendag

Iwan S Lukminto, Komisaris Utama Sritex, menyebutkan dampak negatif dari Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 8 Tahun 2024 yang memungkinkan produk impor membanjiri pasar domestik. 

Kebijakan ini, meskipun mungkin memiliki niat baik, telah menyebabkan persaingan yang tidak sehat bagi produsen lokal.

Pakaian Seragam tentara buatan Sritex / sritex.co.id
Pakaian Seragam tentara buatan Sritex / sritex.co.id

Meskipun Sritex menerima berbagai penghargaan, seperti Best Performance Listed Companies dan Best Enterprise Achievers pada tahun 2016, tantangan yang dihadapi perusahaan semakin kompleks. 

Pengelolaan utang yang tidak efisien dapat menimbulkan konsekuensi serius bagi keberlangsungan perusahaan, terutama dalam industri yang sangat bergantung pada modal kerja. 

Sritex perlu memikirkan kembali strategi finansial dan mencari cara untuk menyeimbangkan antara pertumbuhan dan kewajiban utangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun