Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Politik, Iptek, Pendidikan, dan Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Badai Hidup dan Anugerah Keselamatan

13 Oktober 2024   07:14 Diperbarui: 13 Oktober 2024   14:58 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Kapal berlayar di tengah badai/https://pixabay.com/id/

Dalam kehidupan ini, setiap orang pasti menghadapi berbagai badai yang menguji iman dan ketahanan. Badai ini bisa berupa masalah kesehatan, keuangan, atau hubungan yang rumit. 

Ketidaksetiaan Yunus

Seperti dalam kisah Yunus, kita sering kali merasakan ketidaksetiaan dan keraguan saat dipanggil untuk menjalankan kehendak Tuhan. 

Ketidaktaatan Yunus yang memilih melarikan diri dari tugas yang diberikan Allah mencerminkan sifat manusia yang sering menghindar dari tanggung jawab spiritual.

Kesetiaan Abraham 

Di sisi lain, kita memiliki teladan kesetiaan yang ditunjukkan oleh Abraham. Ketika Allah meminta Abraham untuk mengorbankan Ishak, putranya yang sangat dicintai, Abraham tidak ragu. 

Kesetiaan dan iman Abraham pada Tuhan menunjukkan bahwa mengikuti kehendak Allah, meskipun itu sulit, dapat menghasilkan berkat yang melimpah. Kisah ini mengajarkan kita bahwa kesetiaan kepada Tuhan dalam badai hidup akan membawa penggenapan janji-Nya.

Mengapa ada Badai hidup?

Dalam perjalanan hidup, badai juga mengajarkan kita tentang ketergantungan kepada Allah. Dalam surat Roma 8:28, kita diingatkan bahwa segala sesuatu bekerja bersama untuk kebaikan bagi mereka yang mengasihi Allah. 

Badai yang dihadapi Yunus memaksanya untuk bergantung sepenuhnya kepada Tuhan. Dalam masa-masa sulit, sering kali kita menemukan kekuatan dan kehadiran Tuhan yang lebih dekat.

Yunus dilemparkan ke laut untuk menenangkan badai yang melanda kapal. Tindakan ini menjadi simbol pengorbanan yang membawa kedamaian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun