pemilih seringkali dibedakan sebagai subjek dan obyek. Sebagai subjek, pemilih memiliki peran aktif dalam menentukan arah kebijakan dan kepemimpinan.Â
Dalam konteks demokrasi,Sebaliknya, sebagai obyek, pemilih sering kali menjadi target manipulasi politik dan pemasaran.
Pemilih dianggap sebagai subjek ketika mereka berpartisipasi dalam proses politik dengan kesadaran dan pengetahuan.Â
Dalam hal ini, pemilih bukan sekadar alat untuk mencapai tujuan politik, tetapi aktor yang memiliki hak dan kewajiban.Â
Kesadaran politik pemilih sangat penting untuk memastikan bahwa suara mereka mencerminkan aspirasi masyarakat.
Sebagai subjek, pemilih harus dapat membuat keputusan yang independen. Kemandirian ini penting agar pemilih tidak terpengaruh oleh tekanan eksternal, baik dari partai politik, media, maupun kelompok kepentingan.
Para ahli politik luar negeri sering mengamati dinamika pemilih dalam konteks yang lebih luas. Misalnya, Francis Fukuyama, dalam bukunya "The End of History," menekankan pentingnya demokrasi sebagai sistem yang memberi kekuatan kepada pemilih sebagai subjek.Â
Menurutnya, ketika pemilih teredukasi dan aktif, mereka dapat mendorong stabilitas politik dan kemajuan ekonomi
Pemilih sebagai Obyek
Di sisi lain, pemilih sering kali dipandang sebagai obyek dalam praktik politik. Banyak kampanye dirancang khusus untuk memanipulasi opini dan perilaku pemilih, menjadikan mereka sasaran utama strategi pemasaran politik.