Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Iptek, dan Pendidikan, Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

6 Alasan Orang Mencari Pesugihan, dan Resiko yang Mengintai

27 September 2024   13:32 Diperbarui: 27 September 2024   18:10 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena pesugihan, yang merujuk pada praktik mencari kekayaan melalui cara-cara mistis atau magis dengan bantuan makhluk gaib, masih eksis dalam berbagai lapisan masyarakat. Terlepas dari kemajuan teknologi dan informasi, beberapa orang tetap tergoda untuk menempuh jalan ini demi mendapatkan kekayaan secara instan.

Para pencari pesugihan seringkali didampingi oleh Dukun atau paranormal, yaitu orang yang sering dianggap sebagai pakar dalam praktik ritual pesugihan, memiliki pengetahuan mendalam dan pengalaman yang luas dalam berinteraksi dengan makhluk gaib.

Mereka biasanya menguasai berbagai jenis ritual dan tradisi yang berkaitan dengan pencarian kekayaan dan kemakmuran, serta mampu memberikan petunjuk yang dianggap dapat membantu pencari pesugihan dalam mencapai tujuannya. 

Dukun sering kali menggunakan alat-alat tertentu, mantra, dan simbol-simbol spiritual untuk menjalankan ritual, serta dapat melakukan mediasi antara pencari pesugihan dan entitas gaib yang diharapkan dapat memberikan berkah.

Tempat Ritual Pencari Pesugihan

di Jawa ada beberapa tempat yang konon dijadikan ritual para pencari pesugihan, di antaranya adalah: gunung Kawi di Malang dikenal sebagai lokasi pesugihan populer di Jawa, di mana banyak orang melakukan ritual yang melibatkan makhluk gaib untuk memperoleh kekayaan, seringkali dengan pengorbanan besar baik material maupun spiritual.

Di Yogyakarta, Pantai Parangtritis dipercaya sebagai tempat pesugihan yang berkaitan dengan Nyi Roro Kidul, di mana pengunjung melakukan ritual untuk mendapatkan kekayaan instan, meskipun risikonya bisa termasuk kehilangan anggota keluarga.

Di Sragen, Gunung Kemukus terkenal dengan praktik pesugihan yang kontroversial, sering melibatkan ritual seksual untuk mendapatkan kekayaan, menarik perhatian karena melanggar norma sosial. Sementara itu, konon di Alas Purwo di Banyuwangi merupakan hutan angker yang menjadi tempat praktik mistis dan komunikasi dengan makhluk halus.

Gunung Lawu di Karanganyar juga menjadi lokasi pesugihan, di mana orang melakukan ritual untuk memperoleh kekayaan dan kesuksesan dengan pengorbanan besar.  Masih banyak lagi tempat yang konon menjadi tempat ritual para pencari pesugihan.

Tumbal Pesugihan

Tumbal pesugihan adalah praktik pengorbanan yang dilakukan sebagai syarat untuk mendapatkan kekayaan atau keberuntungan dalam konteks pesugihan, yang sering kali melibatkan perjanjian dengan makhluk gaib atau entitas spiritual.

Dalam praktik ini, individu yang mencari pesugihan biasanya diharuskan untuk memberikan sesuatu yang berharga sebagai imbalan, seperti benda-benda berharga, hewan, atau bahkan nyawa manusia, tergantung pada tingkat kekayaan atau keberuntungan yang diinginkan.

Pengorbanan ini dianggap sebagai cara untuk meraih restu atau kekuatan dari entitas yang diyakini dapat membantu mewujudkan impian mereka.

6 faktor yang menjadi latar belakang orang Mencari pesugihan

1. Desakan Ekonomi dan Iming-iming Kemewahan

Alasan paling umum yang mendorong seseorang melakukan pesugihan adalah masalah ekonomi yang mendesak. Kondisi kemiskinan, utang yang menumpuk, atau kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dapat membuat seseorang mencari solusi cepat.

Ketidakmampuan untuk menemukan jalan keluar dari tekanan finansial ini seringkali menyebabkan orang berpaling pada solusi mistis seperti pesugihan, yang dianggap bisa memberikan kekayaan dalam waktu singkat tanpa harus melalui proses panjang.

Di dunia modern yang serba cepat, ada kecenderungan untuk mencari jalan pintas menuju kekayaan. Ketika jalur normal seperti bekerja keras atau berwirausaha dinilai tidak memberikan hasil instan, beberapa orang tergoda untuk mencari alternatif lain, termasuk pesugihan.

Keinginan untuk segera memiliki kemewahan, status sosial yang tinggi, dan segala bentuk kenikmatan materi tanpa melalui usaha yang wajar menjadi daya tarik kuat.

2. Tekanan Sosial Masyarakat

Di era modern ini, kesuksesan sering kali dinilai berdasarkan kepemilikan materi, seperti rumah mewah, mobil mahal, dan gaya hidup glamor. Ketika seseorang merasa tidak dapat memenuhi standar tersebut, rasa tidak percaya diri dan malu dapat muncul, membuat mereka merasa terasing dari lingkungan sosialnya.

Dalam upaya untuk mengatasi tekanan tersebut, beberapa individu mencari jalan pintas untuk mendapatkan kekayaan, salah satunya melalui praktik pesugihan.

Keinginan untuk memenuhi ekspektasi sosial dan menghindari stigma negatif sering kali mengarahkan mereka pada ritual-ritual yang berisiko, di mana imbalan besar diharapkan datang dengan pengorbanan yang tidak sedikit.

Hal ini menciptakan siklus berbahaya yang memperkuat keyakinan bahwa kesuksesan harus dicapai dengan cara instan, meskipun harus mengorbankan nilai-nilai moral dan spiritual.

3. Pengaruh Budaya dan Kepercayaan Tradisional

Ada orang yang bekerja keras, tetapi merasa bahwa hasil yang mereka dapatkan tidak sebanding dengan usaha yang mereka keluarkan.

Ketidakpuasan ini bisa muncul karena berbagai faktor, seperti persaingan bisnis yang ketat, kesempatan yang terbatas, atau ketidakmampuan dalam memanfaatkan peluang ekonomi.

Perasaan frustrasi ini sering kali membuat orang mencari solusi lain, dan pesugihan dianggap sebagai jalan yang bisa memberikan hasil maksimal tanpa menghadapi hambatan duniawi.

Di beberapa budaya, kepercayaan terhadap dunia gaib dan kekuatan magis masih sangat kuat. Mitos-mitos lokal mengenai pesugihan yang melibatkan makhluk halus sering diwariskan secara turun-temurun.

4. Minimnya Keyakinan terhadap Proses Alamiah

Beberapa orang melakukan pesugihan karena mereka tidak yakin bahwa cara alamiah seperti bekerja keras, berinvestasi, atau berbisnis bisa memberikan hasil yang memadai.

Mereka lebih mempercayai kekuatan mistis dan merasa bahwa dengan bantuan pesugihan, mereka bisa menghindari ketidakpastian hidup. Minimnya keyakinan terhadap proses alamiah sering disertai dengan perasaan putus asa atau ketidakmampuan untuk melihat hasil positif dari usaha yang dilakukan dengan cara yang wajar.

5. Pengaruh Lingkungan dan Pergaulan

Lingkungan atau pergaulan juga bisa menjadi faktor pendorong seseorang untuk melakukan pesugihan. Dalam beberapa kasus, seseorang terlibat dalam pesugihan karena dipengaruhi oleh orang-orang terdekatnya, baik itu keluarga, teman, atau kolega yang telah lebih dulu melakukannya.

Ketika melihat hasil yang tampaknya nyata dari mereka yang melakukan pesugihan, seseorang bisa tergoda untuk mengikuti jejak tersebut. Dalam hal ini, pengaruh lingkungan memiliki peran besar dalam keputusan untuk terlibat dalam praktik pesugihan.

6. Kebutuhan untuk Mempertahankan Kekuasaan atau Kedudukan

Bagi sebagian orang, pesugihan tidak hanya tentang mendapatkan kekayaan, tetapi juga mempertahankan status, kekuasaan, atau kedudukan yang telah diperoleh. Hal ini sering terjadi di kalangan elite atau tokoh masyarakat yang merasa bahwa dengan kekuatan mistis, mereka dapat terus berada di puncak.

Pesugihan dianggap sebagai cara untuk melindungi atau meningkatkan kekuatan yang sudah dimiliki, agar tidak mudah tergeser oleh orang lain.

Resiko Bagi Pencari Pesugihan

Pencarian pesugihan yang tidak wajar sering kali datang dengan risiko spiritualnya. Banyak individu yang terjebak dalam praktik ini terlibat dalam perjanjian dengan kekuatan gaib atau makhluk halus, yang dapat mengakibatkan dampak negatif pada kehidupan spiritual mereka.

Ketika seseorang menjalin hubungan dengan entitas yang tidak jelas (roh jahat), mereka berisiko kehilangan perlindungan dari Tuhan dan jauh dari nilai-nilai keagamaan yang mereka anut. 

Selain dampak spiritual, pencari pesugihan juga menghadapi risiko psikologis yang berat. Ketergantungan pada praktik ini dapat menyebabkan kecemasan, stres, dan rasa bersalah yang mendalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun