Setiap pagi, motor buntutmu melaju, Â
Menyusuri jalan berdebu dan sepi, Â
Dingin udara pagi menemaniku, Â
Kau berjuang demi masa depan ini.
Di antara pepohonan yang mengering, Â
Kau bergegas, melawan segala rintangan, Â
Langkahmu tegas, penuh harapan, Â
Menyongsong anak-anak dengan ketulusan.
Wahai Guruku,
Di halaman sekolah, kau menanti, Â
Sapaanmu hangat, senyummu ceria, Â
Mereka datang, berlarian penuh gembira, Â
Sungguh, kau adalah pahlawan tanpa tanda jasa.
Walau gaji tak seberapa, Â
Kau tetap setia mengabdi, Â
Mengukir ilmu dalam jiwa mereka, Â
Menanamkan cinta pada pengetahuan abadi.
Wahai Guruku,
Saat pelajaran tiba, kau menghampiri, Â
Dengan sabar kau bimbing mereka, Â
Menjelaskan hingga paham, Â
Menggugah rasa ingin tahu yang membara.
Kau tak seberuntung yang lain, Â
Namun hatimu tak pernah tergerus, Â
Dengan sabar, kau terus berjuang, Â
Kebaikan pasti datang, tak terbantahkan.
Wahai Guruku,
Di balik dedikasi yang tulus, Â
Ada mimpi yang kau peluk erat, Â
Bahwa setiap pelajaran yang kau ajarkan, Â
Menjadi bekal untuk masa depan yang cerah.
Guru, kau adalah cahaya harapan, Â
Di tengah gelapnya ketidakpastian, Â
Dengan kasih dan kesabaranmu, Â
Membawa anak-anak menuju impian yang nyata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H