pemimpin bukan hanya bagaimana memanfaatkan teknologi. Tetapi bagaimana memilih orang yang tepat untuk menghadapi perubahan tersebut.
Di era digital yang penuh inovasi ini, tantangan terbesar bagi paraBanyak pemimpin masih terjebak dalam pola pikir lama, di mana kepatuhan menjadi nilai utama dibandingkan kompetensi.Â
Mereka lebih suka memilih karyawan yang bisa 'disetir' dibandingkan yang qualified dan memiliki pandangan kritis.
Padahal, di tengah transformasi digital yang berlangsung cepat, pola kepemimpinan semacam ini dapat menghambat kemajuan organisasi.Â
Alih-alih mendorong inovasi dan solusi kreatif, pemimpin yang terlalu fokus pada kontrol sering kali justru membatasi potensi timnya.Â
Di sini, kita perlu bertanya: Apakah pemimpin seperti ini yang kita butuhkan di masa depan?
Pemimpin yang Lebih Takut Pada Perubahan?
Banyak dari pemimpin ini mungkin merasa nyaman dengan status quo. Mereka lebih suka bekerja dengan orang-orang yang patuh karena merasa bisa menjaga kontrol penuh atas keputusan.Â
Namun, di era digital, pola pikir ini tak lagi relevan. Saat ini, teknologi dan inovasi berkembang jauh lebih cepat dari yang kita bayangkan.
Hanya individu yang kreatif, berpikiran terbuka, dan qualified yang dapat mendorong organisasi melaju ke depan.
Karyawan yang hanya menerima arahan tanpa berpikir kritis atau memberikan masukan justru bisa menjadi beban bagi organisasi.Â