Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Politik, Iptek, Pendidikan, dan Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Joglosemar Pilihan

Nasib Peternak Sapi di Gunungkidul Saat Musim Kemarau Melanda

10 September 2024   22:21 Diperbarui: 11 September 2024   11:58 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Musim kemarau merupakan tantangan berat bagi peternak tradisional di wilayah Gunungkidul. Pada periode ini, ketersediaan pakan ternak, terutama rumput, mengalami penurunan drastis. 

Ladang-ladang yang biasanya subur dan hijau berubah menjadi kering dan gersang. Bukit-bukit yang penuh dengan rerumputan mulai kehilangan hijaunya, menyisakan hamparan tanah yang tandus. 

Keadaan ini membawa dampak signifikan pada para peternak yang mengandalkan rumput sebagai sumber utama pakan ternak mereka, seperti sapi dan kambing.

Pakan Ternak Menjadi Barang Langka

Salah satu peternak di Padukuhan Jati, Candirejo, Pak Sis, merasakan betul dampak kekeringan ini. 

Untuk tetap dapat memberi makan sapinya, ia harus menempuh perjalanan sejauh 19 km ke pasar di Semanu, demi membeli batang tanaman jagung yang dijual dengan harga sepuluh ribu rupiah per ikat. 

Hal ini tentu bukanlah pilihan yang murah atau praktis, namun menjadi satu-satunya alternatif yang dapat diambil untuk memastikan ternaknya tidak kekurangan pakan. 

Banyak peternak lain yang menghadapi situasi serupa, seperti Pak Parno, yang memilih membeli daun ketela pohon dari petani lokal yang sedang panen ketela.

Bertahan dengan Pakan Alternatif

Setiap kali musim kemarau tiba, terutama pada bulan Agustus hingga September, para peternak sudah mempersiapkan diri menghadapi kenyataan bahwa persediaan rerumputan untuk ternak akan sangat terbatas. 

Peternak sedang Membeli tanaman jagung di Pasar Hewan Semanu/dok.pri
Peternak sedang Membeli tanaman jagung di Pasar Hewan Semanu/dok.pri
Kondisi ini menyebabkan tekanan besar, terutama bagi peternak tradisional yang mengandalkan ladang mereka sebagai satu-satunya sumber pakan. 

Keadaan seperti ini membuat banyak peternak harus berjuang lebih keras untuk mencari pakan alternatif.

Konsentrat sebagai Solusi, Tetapi Bukan untuk Semua Ternak

Beberapa peternak, seperti Eko, menyebutkan bahwa solusi lain untuk mengatasi masalah pakan adalah dengan membeli konsentrat, yang merupakan pakan buatan yang lebih mudah diakses saat musim kemarau. 

Namun, penggunaan konsentrat ini tidak direkomendasikan untuk sapi betina karena dapat menyebabkan penumpukan lemak berlebih, yang bisa berdampak buruk pada kesehatan ternak. 

Hal ini membuat para peternak harus berhati-hati dalam menentukan pilihan pakan untuk ternak mereka.

Bertahan di Tengah Kemarau Panjang

Meski kesulitan ini selalu muncul setiap tahun saat musim kemarau, peternak tradisional tetap berusaha bertahan. 

Mereka tidak hanya memelihara ternak untuk kebutuhan sehari-hari, tetapi juga sebagai tabungan keluarga. Dalam situasi darurat, seperti saat ada kebutuhan mendesak atau kebutuhan biaya pendidikan anak, sapi atau kambing yang mereka pelihara dapat dijual dengan harga yang cukup tinggi. 

Bagi petani. Ini memberikan rasa aman untuk dapat tetap melanjutkan usaha beternak, meskipun tantangan alam terus menghadang.

Tabungan Berarti

Di sisi lain, beberapa peternak mencoba memanfaatkan teknologi sederhana, seperti menjemur dan menyimpan rumput kering atau jerami sebagai cadangan pakan. 

Namun, metode ini tidak selalu berhasil karena persediaan bahan baku yang terbatas di musim kemarau. Selain itu, kualitas pakan kering juga tidak sebaik pakan segar, sehingga pertumbuhan ternak pun terpengaruh.

Walau demikian, semangat pantang menyerah tetap menjadi ciri khas para peternak tradisional. Mereka percaya bahwa dengan ketekunan dan kerja keras, mereka dapat melalui masa-masa sulit ini. 

Bagi mereka, ternak bukan hanya sumber penghidupan, tetapi juga warisan yang harus dijaga dan dilestarikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Joglosemar Selengkapnya
Lihat Joglosemar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun