Bagi sebagian orang, menulis adalah bagian dari hidupnya, hobby, atau juga kewajiban yang harus dilakukan.Â
Menulis bukan sekadar menuangkan isi pikiran. Menulis adalah juga bagian dari mencurahkan perasaan hati kita. Ketika ketidakpuasan atau kejengkelan memenuhi jiwa kita, kita bisa menuangkannya dalam tulisan.
Menulis dan Pengetahuan
Aktivitas menulis yang baik dan berkelanjutan akan membuka cakrawala pemikiran kita. Jadi, bukan karena kita tahu baru menulis, tetapi ketika kita menulis, kita menjadi tahu.Â
Tokoh-tokoh seperti Virginia Woolf dan Gabriel Garca Mrquez telah menunjukkan bagaimana tulisan dapat mengungkapkan pemikiran dan wawasan yang mendalam.
Menulis dari Pengalaman Sehari-hari
Ketika saya bertemu tukang becak, saya bisa ngobrol dan membangun komunikasi dengannya. Dari pembicaraan itu, saya bisa menuangkan dalam tulisan.Â
Demikian juga ketika saya melihat kondisi pasar atau penjual sayuran, kita bisa ngobrol dan saya tuangkan dalam tulisan. Melalui pengalaman sehari-hari seperti ini, tulisan kita dapat mencerminkan realitas yang kita temui.
Menulis untuk Mengungkapkan Isu Sosial
Mendengar dan melihat carut-marutnya negeri ini, kita dapat menuangkannya dalam tulisan. Hal ini menciptakan kesempatan untuk mengungkapkan pandangan kita tentang berbagai isu sosial dan politik yang sedang berlangsung.Â
Intinya, menulis dapat kita lakukan bila ada akar masalah yang kita temukan, sebagaimana ketika kita menyusun karya ilmiah.