Padukuhan Jati, Candirejo, yang terletak sekitar 27 kilometer dari Kota Wonosari. Wabah antraks yang menyerang ternak sapi di wilayah tersebut membawa dampak tragis bagi warga yang terdiri dari tiga Rukun Tetangga (RT).
Bulan Juli 2023 merupakan titik kelam bagiWabah ini tidak hanya merenggut nyawa beberapa warga, tetapi juga membuat sekitar 85 orang positif terjangkit antraks.Â
Berita tentang wabah ini pun cepat menyebar dan menjadi viral di berbagai platform media, mulai dari media cetak, media sosial, hingga televisi. Tragedi ini benar-benar memukul moral dan ekonomi masyarakat setempat.
Tradisi Brandu
Penyebab utama wabah tersebut adalah tradisi brandu, yaitu praktik menyembelih hewan yang telah mati. Tradisi ini sudah lama ada dan diwariskan turun-temurun.
Tujuan baik dari brandu adalah membantu sesama warga yang mengalami kerugian dengan cara membeli daging dari hewan yang mati tersebut.Â
Namun, tanpa disadari, pada kejadian tersebut, sapi yang mati ternyata terjangkit antraks. Peristiwa ini membawa bencana besar karena banyak warga yang menyembelih maupun mengonsumsi daging dari hewan yang terpapar penyakit mematikan itu.Â
Pelajaran Berharga
Wabah antraks ini menjadi pelajaran berharga bagi warga Padukuhan Jati. Mereka menyadari bahwa meskipun tradisi brandu dimaksudkan untuk mempererat tali solidaritas antarwarga, diperlukan kehati-hatian dan pengetahuan tentang kesehatan ternak.
Tragedi ini membuka mata semua pihak bahwa pentingnya menjaga kesehatan ternak dan mematuhi standar keamanan pangan sangatlah penting, seperti di pedesaan Gunungkidul.
Ternak adalah Tabungan