Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Politik, Iptek, Pendidikan, dan Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Merajut Tali Silaturahmi Lewat Tradisi 'Saparan' di Kaki Gunung Merbabu

18 Agustus 2024   13:34 Diperbarui: 23 Agustus 2024   06:09 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Di tengah hiruk-pikuk kota besar yang sibuk dan penuh rutinitas, kehidupan seringkali terasa lebih individualistis dan terbatas pada lingkaran tertentu. 

Sebaliknya, tradisi Saparan di pedesaan lereng Gunung Merbabu menghadirkan suasana yang berbeda, di mana persatuan dan kebersamaan menjadi inti dari kehidupan.

Di Dusun Plendingan dan Getasan, perayaan Saparan menjadi momen penting bagi warga desa. Setiap bulan Juli dan Agustus, seluruh masyarakat, tanpa memandang latar belakang, bergotong-royong mempersiapkan acara.

Selain itu, Saparan menjadi ajang menyambut sanak saudara dan tamu dari luar daerah. Kehangatan dan keramahtamahan warga desa membuat setiap orang merasa diterima dan dihargai, jauh dari kesan individualisme yang sering ditemui di kota. 

Pak Jono, salah satu warga desa, menyampaikan, "Senang dapat menyambut sanak saudara di rumah kami, sekalipun sangat sederhana yang kami sajikan."

Seorang warga Desa Sumogawe juga menambahkan, "Acara ini menjadi momen silaturahmi dan mempererat tali persaudaraan. Banyak saudara dari Salatiga yang juga berkunjung ke rumah kami."

Saparan juga dimeriahkan dengan pertunjukan seni seperti Campursari yang menggabungkan gamelan tradisional dan musik modern, serta kesenian Reog dengan tarian dan musik dramatisnya. 

Penampilan ini tidak hanya menghibur, tetapi juga melestarikan budaya lokal yang menjadi daya tarik bagi pengunjung.

Kehadiran sanka saudara yang datang dari berbagai daerah turut memeriahkan suasana. Mereka menikmati pentas seni sambil berinteraksi dengan penduduk setempat.

Saparan di lereng Gunung Merbabu bukan sekadar perayaan, tetapi juga simbol kekuatan persatuan dan kebersamaan. Masyarakat desa membuktikan bahwa meskipun jauh dari kota, tradisi dapat terus hidup dan menguatkan ikatan sosial.

Dengan menggabungkan unsur tradisi, seni, dan keramahan, Saparan menjadi perwujudan pentingnya harmoni dan warisan budaya dalam kehidupan desa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun