Di bawah langit senja yang mulai memudar, Â Cahaya jingga berpendar lembut, mengalun pelan, Â Di sini aku duduk dalam diam yang bergetar, Â
Menyelami sunyi, menembus batas angan.
Rindu pada waktu yang tak kembali, Â
Tertinggal dalam lembaran hari yang pudar, Â
Kenangan menari, menyusun harmoni, Di antara bayang-bayang yang samar.
Jalan berliku telah kulewati sendiri, Â
Di antara luka dan tawa yang berselang, Â
Namun, kasih setia-Mu tetap menemani, Â
Memberi cahaya di setiap langkahku .
Tak selamanya hidup terhampar tenang, Â
Ada badai yang datang menyapa, Â
Namun dalam doa, kupegang janji-Mu, Â Kau, Penjaga yang setia tanpa lelah.
Terang bintang mengintip malu di balik awan, Â
Menyaksikan setiap air mata yang jatuh, Â
Dalam letih, kuingat pelukan-Mu yang hangat, Â
Menguatkan hati yang sangat rapuh.
Di ujung malam, kupanjatkan syukur, Â
Pada cinta yang tak terukur luasnya, Â
Dalam letih, dalam jiwaku tersungkur, Â
Kau, Sang Khalik, tak pernah meninggalkan.
Kuingat waktu saat semuanya redup, Â
Saat jalan gelap terasa tiada ujung, Â
Namun Kau hadir membawa pelita, Â
Menuntunku dalam teduh pangkuan-Mu.
Bunga-bunga doa mekar dalam lirih, Â
Di setiap helaan nafas yang kupasrahkan, Â
Dalam sunyi, dalam bisikan yang lirih, Â
Kau mendengar setiap kata yang kuungkapkan.
Ada harap yang terlukis di cakrawala, Â
Meski esok masih samar tak terungkap, Namun yakin hati tetap berserah, Â
Pada kasih-Mu yang tak pernah meredup.
Setiap luka, setiap kerikil perjalanan, Â
Kau ubah menjadi pelajaran indah, Â
Mengukir hikmat di balik setiap cobaan, Â
Menempa jiwa dengan cinta yang abadi.
Di bawah langit malam yang bersahaja, Kuserahkan hati, kuserahkan jiwa, Â
Pada-Mu, Sang Pemilik segala makna, Â
Dalam pelukan kasih-Mu yang setia.