Mohon tunggu...
Obed
Obed Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pembelajar

Membangun Pemikiran Lurus dan Positif demi masa depan, memberikan tulisan yang bermanfaat untuk kemajuan bersama.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Transformasi dan Inovasi GJKI di Era Digital

25 Juli 2024   16:47 Diperbarui: 25 Juli 2024   20:00 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengurus GJKI Nasional 

Di zaman yang terus berubah ini, atau era digital, maka inovasi dan pemikiran maju sangat penting bagi perkembangan sebuah gereja atau organisasi keagamaan. Dengan berinovasi, sebuah gereja dapat tetap relevan dan memenuhi kebutuhan jemaat dalam menghadapi perubahan zaman. 

Pemikiran maju juga membantu dalam menjawab tantangan baru dan mengeksplorasi cara-cara baru untuk memperluas pelayanan dan pengabdian dalaam lingkup jemaat dan masyarakat. Jadi, era digital pada zaman ini memang mendorong gereja untuk terus beradaptasi dan mengembangkan diri, bahkan dalam konteks kehidupan rohani.

Gereja Jemaat Kristus Indonesia telah memperkuat persiapannya untuk menghadapi tantangan moderen. Dimana zaman ditandai dengan kemajuan Artificial General Intelligence (AGI).  

Doa Bersama di STJKI 
Doa Bersama di STJKI 
Guna memperkuat dan menyiapkan diri maka ada beberapa langkah strategis yang mulai dilakukan. Diantaranya adalah: mengutamakan pembangunan jejaring dan kolaborasi antar gereja-gereja yang berada di bawah naungannya. Kolaborasi ini tidak hanya terbatas pada pertukaran pengalaman dan sumber daya, tetapi juga dalam hal penerapan teknologi yang dapat mendukung pengembangan pelayanan dan komunikasi di era AGI. 


Diskusi bersama Pimpinan GJKI 
Diskusi bersama Pimpinan GJKI 
Selanjuntnya GJKI ini telah menyiapkan untuk mengimplementasikan system matrikulasi hybrid yang menggabungkan pendekatan tradisional dengan teknologi mutakhir. Hal ini bertujuan untuk mempersiapkan generasi muda dalam memahami dan menggunakan teknologi AGI secara etis, serta mempertahankan nilai-nilai dan ajaran gerejawi dalam konteks yang relevan dan sesuai dengan zaman.

Hal yang tidak kalah penting adalah GJKI juga fokus untuk mewujudkan visi keluarga Hamba Tuhan yang dipulihkan. Ini tidak hanya mencakup aspek spiritual dan kehidupan pribadi, tetapi juga tanggung jawab sosial gereja terhadap masyarakat luas dalam menghadapi dampak teknologi AGI. Dengan memfokuskan pada pemulihan dan pemberdayaan keluarga sebagai unit terkecil gereja, sinode berupaya membangun fondasi yang kuat untuk menghadapi masa depan yang kompleks.

GJKI juga berkomitmen untuk membangun gereja lokal yang kokoh dan mampu bertumbuh di era modern. Ini mencakup pembinaan pemimpin gereja yang visioner, pelayanan yang adaptif terhadap perubahan sosial dan teknologi, serta penerapan strategi pertumbuhan gerejawi yang inklusif dan berkelanjutan.

Selain itu, sinode GGJKI juga berusaha untuk meningkatkan pemahaman dan respons gereja terhadap tantangan etika yang muncul dari penggunaan teknologi AGI. Tantangan yang harus dijawab bagaimana kemudian geteja merancang program pendidikan dan pembinaan untuk mempersiapkan anggota gereja dalam menghadapi dilema etika yang kompleks, seperti keadilan sosial, privasi, dan dampak teknologi terhadap kehidupan manusia.

Selanajutnya, GJKI berkomitmen untuk memperkuat pengawasan dan pembinaan dalam penggunaan teknologi di setiap tingkatan gereja. Mereka memastikan bahwa teknologi digunakan untuk mendukung misi gereja dan memperkuat iman, bukan sebagai pengganti atau mengganggu nilai-nilai spiritual dan ajaran gerejawi yang mendasar. Dengan langkah-langkah ini, GGJKI siap menghadapi tantangan zaman di era AGI dengan keyakinan dan kesiapan yang kokoh, menjaga identitas dan misi gereja dalam menghadapi perubahan global yang cepat dan kompleks.

Dalam gelar diskusi yang dihadiri oleh Pdt. Douglas Yeri Tamara, M.Th. (Ketua Nasional GJKI), Pdt. Kondang Sri Tatanegara, M.Th. (Sekretaris Umum), dan Pdt. Herawan Rudijanto, S.Th. (Wakil Sekretaris Umum), pembahasan tentang memajukan gereja dalam konteks yang dinamis dan kompleks saat ini menjadi semakin relevan. 


Dengan mengadopsi pendekatan inklusif, integratif, dan dinamis ini, gereja diharapkan tidak hanya dapat bertahan, tetapi juga berkembang secara positif dalam memenuhi panggilannya dalam memberikan pelayanan yang efektif bagi anggota gereja dan masyarakat luas di era yang terus berubah ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun