Persoalan Anak-anak di Era Modern
Di era modern, anak-anak menghadapi berbagai tantangan yang unik dan kompleks, terutama karena dampak teknologi dan media sosial. Teknologi yang berkembang pesat telah memberikan akses yang luar biasa ke informasi dan komunikasi, tetapi juga membawa risiko seperti cyberbullying, ketergantungan pada gadget, dan paparan informasi yang tidak akurat. Media sosial dapat mempengaruhi kesehatan mental anak-anak dengan menambah tekanan untuk tampil sempurna dan meningkatkan kecemasan, terutama ketika mereka membandingkan diri mereka dengan standar yang seringkali tidak realistis.
Selain masalah teknologi, kesehatan mental anak-anak menjadi isu yang semakin mendapatkan perhatian. Tekanan akademis, konflik keluarga, dan ketidakstabilan sosial dapat memicu stres, kecemasan, dan bahkan depresi di kalangan anak-anak dan remaja. Dukungan emosional yang memadai dari orang tua, guru, dan tenaga profesional kesehatan mental sangat penting untuk membantu anak-anak mengatasi tantangan ini. Survei Kesehatan Mental Remaja Nasional Indonesia (I-NAMHS), yang dirilis oleh Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, adalah penelitian pertama yang mengevaluasi prevalensi gangguan mental di kalangan remaja berusia 10 hingga 17 tahun di Indonesia. Hasil survei ini menunjukkan bahwa sekitar sepertiga dari remaja mengalami masalah kesehatan mental. Selain itu, satu dari dua puluh remaja mengalami gangguan mental dalam 12 bulan terakhir. Dalam angka absolut, ini mencakup sekitar 15,5 juta remaja yang mengalami masalah kesehatan mental, dan 2,45 juta remaja terdiagnosis dengan gangguan mental sesuai dengan panduan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Edisi Kelima (DSM-5), yang digunakan sebagai acuan untuk diagnosis gangguan mental di Indonesia.
Tekanan akademis dan sosial merupakan persoalan besar di era modern. Anak-anak sering merasakan beban untuk mencapai prestasi yang tinggi di sekolah serta memenuhi ekspektasi sosial yang tinggi dari orang tua dan masyarakat. Tekanan ini dapat menyebabkan stres yang signifikan, sehingga penting bagi sistem pendidikan dan keluarga untuk mengelola harapan dengan cara yang mendukung kesejahteraan anak. Â
Menurut Desmita (2012) dalam bukunya Psikologi Perkembangan Peserta Didik, kecenderungan remaja mengalami masa-masa penuh stres disebabkan oleh berbagai faktor. Remaja sering dihadapkan pada berbagai pekerjaan atau tugas secara bersamaan, mulai dari tugas-tugas sekolah dan beban belajar yang cukup berat, hingga kecemasan dan kebingungan dalam menentukan pilihan karier serta program pendidikan lanjutan. Selain itu, mereka juga harus membagi waktu untuk mengerjakan pekerjaan rumah, berolahraga, menjalani hobi, dan kehidupan sosial lainnya.Perubahan dalam struktur keluarga, seperti perceraian atau absensi figur ayah, dapat mempengaruhi stabilitas emosional anak-anak. Dinamika keluarga yang berubah dapat menambah kompleksitas tantangan yang dihadapi anak-anak.
Di tengah-tengah perubahan lingkungan dan isu identitas yang semakin kompleks, anak-anak juga harus menghadapi tantangan terkait masa depan mereka. Pendidikan harus menyesuaikan dengan keterampilan yang diperlukan untuk dunia kerja yang terus berkembang. Selain itu, anak-anak harus diajari tentang pentingnya keberagaman dan inklusi, serta dampak lingkungan dan perubahan iklim, agar mereka dapat menjadi generasi yang peduli dan siap menghadapi tantangan global. Mengatasi persoalan-persoalan ini memerlukan pendekatan yang menyeluruh dan kerjasama antara keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Era modern membawa berbagai peluang sekaligus tantangan bagi anak-anak. Di satu sisi, teknologi dan media sosial memungkinkan akses informasi dan komunikasi yang luas. Namun, risiko seperti cyberbullying, adiksi gadget, dan paparan konten negatif juga meningkat. Selain itu, tekanan akademis, kesehatan mental, dan perubahan sosial ekonomi menjadi faktor kompleks yang harus dihadapi oleh anak-anak saat ini.
Langkah Penting bagi Semua:
Literasi Digital dan Edukasi Media Sosial
Memperkuat keamanan anak melalui literasi digital sangat krusial di era modern. Literasi digital membantu anak-anak memahami cara menggunakan internet dan media sosial dengan aman. Hal ini meliputi melindungi informasi pribadi, menghindari situs web yang berbahaya, dan mengetahui bagaimana melaporkan cyberbullying. Dengan keterampilan ini, anak-anak dapat mengurangi risiko terpapar konten negatif dan melindungi diri mereka dari berbagai ancaman online yang mungkin mengganggu keamanan dan kesejahteraan mereka.
Selain itu, edukasi media sosial memainkan peran penting dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis anak-anak. Dengan memahami cara menilai informasi yang mereka temukan di internet, anak-anak belajar untuk membedakan antara fakta dan fiksi serta menghindari konten yang dapat merugikan kesehatan mental mereka. Literasi digital dan edukasi media sosial juga membantu anak-anak membangun kepercayaan diri dalam menggunakan teknologi, memperbaiki keterampilan komunikasi online, dan menjalin hubungan yang positif di dunia maya. Kemampuan ini sangat penting untuk navigasi yang sehat dan produktif di lingkungan digital yang semakin kompleks.