Generasi ini cenderung lebih terbiasa dengan teknologi dan mendapatkan informasi melalui internet, daripada melalui tradisi lisan atau tulisan formal di gereja. Pendeta perlu menyesuaikan cara dalam menyampaikan pengajaran dan nilai-nilai Kristiani agar relevan dan dapat diterima oleh generasi milenial dan generasi Z.
Selain itu, generasi milenial dan Z cenderung lebih skeptis terhadap otoritas tradisional dan mencari ajaran atau ilmu secara pribadi dan relevan dalam kehidupan mereka. Pendeta perlu mampu menjembatani kesenjangan antara ajaran firman yang dianggap kuno atau tidak relevan bagi generasi milenial dengan aplikasi praktis dalam kehidupan hariannya.Â
Pendeta perlu memerlukan kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif, menggali isu-isu yang penting bagi generasi ini, dan menawarkan perspektif agama yang menginspirasi dan memotivasi.
Tantangan lain adalah mengintegrasikan nilai-nilai Firman dengan realitas sosial dan budaya yang dihadapi oleh generasi milenial, yang sering kali berbeda dengan nilai-nilai yang dipegang oleh generasi yang lebih tua. Pendeta diharapkan dapat menawarkan pandangan yang inklusif dan menghormati keragaman dalam pandangan dan pengalaman hidup generasi milenial, tanpa mengabaikan kebenaran Kristiani.
Dalam melayani, Pendeta juga dihadapkan pada tantangan untuk memahami dan merespons isu-isu kontemporer yang timbul bagi generasi milenial, seperti masalah doktrin, isu sosial, kesehatan mental, dan lingkungan. Generasi milenial sering kali menginginkan gereja sebagai tempat yang tidak hanya memberikan pemahaman rohani, tetapi juga menampilkan kehidupan sosial, dalam membangun persekutuan.
Untuk mempertahankan relevansi ajaran agama dalam konteks zaman sekarang, pendeta dapat mengambil langkah-langkah konkret yang memungkinkan mereka untuk tetap terhubung dengan jemaat dan mengintegrasikan ajaran kristiani dalam kehidupan.Â
Pertama, mereka perlu memiliki pemahaman mendalam tentang konteks sosial dan kultural di mana jemaat mereka hidup. Ini tidak hanya membantu menyampaikan pesan-pesan kebenaran Firman, dengan masalah-masalah yang relevan dalam kehidupan jemaat, tetapi juga membangun hubungan kepercayaan. Perlu connected sebelum corrcted.
Kedua, komunikasi yang jelas dan kontekstual sangat penting. Pendeta perlu menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan relevan bagi jemaat mereka. Hal ini mencakup cara mengaitkan Firman Tuhan dengan pengalaman hidup sehari-hari.
Selanjutnya, pendeta perlu terbuka terhadap perubahan sosial dan teknologi. Mengadopsi teknologi yang sesuai dapat membantu mereka mencapai dan terlibat dengan jemaat secara lebih efektif. Misalnya, penggunaan media sosial untuk menyampaikan pesan Firman Tuhan atau platform digital untuk memberikan pendidikan iman, dapat memungkinkan pendeta untuk tetap relevan dengan generasi yang lebih muda.
Terakhir, penting bagi pendeta untuk membangun diskusi dan refleksi yang mendalam di antara anggota jemaat. Ini tidak hanya memungkinkan jemaat untuk berbagi pandangan dan pemahaman mereka, tetapi juga memfasilitasi pemahaman tanpa mereka kehilangan arah.Â