Penggunaan kecerdasan buatan (AI) di sekolah tinggi teologi menghadirkan potensi transformasi yang signifikan dalam berbagai aspek pendidikan dan pengembangan rohani.Â
Tantangan Penggunaan AI
Penggunaan kecerdasan buatan (AI) di sekolah teologi menghadirkan tantangan yang kompleks.Â
Pertama, integrasi AI dalam kurikulum membutuhkan pendekatan yang hati-hati untuk memastikan bahwa teknologi ini mendukung tujuan pendidikan teologi yang autentik dan kontekstual.Â
Hal ini memerlukan pengembangan konten yang sesuai dengan nilai-nilai Alkitabiah, serta pemanfaatan AI dalam pengajaran yang meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap teks-teks Alkitab dan konsep teologis.
Etika Penggunaan AI
Penggunaan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) di sekolah teologi menimbulkan pertanyaan penting tentang orisinalitas dan etika.Â
Orisinalitas mengacu pada keaslian pemikiran dan interpretasi teologis, yang dapat dipengaruhi oleh penggunaan AI dalam menganalisis teks-teks Alkitab.
Dalam hal etika, penggunaan AI harus mempertimbangkan prinsip-prinsip moral dan nilai-nilai Kristen yang mendasari kurikulum sekolah teologi.Â
Hal ini termasuk memastikan bahwa teknologi digunakan secara bertanggung jawab, tanpa merugikan dan berlawanan dengan visi misi STT.
Dengan mempertimbangkan orisinalitas dan etika ini secara seksama, sekolah teologi dapat mengintegrasikan AI dengan cara yang memperkaya pengajaran Kristen.Â