Apabila membaca Kamus Besar Bahasa Indonesia yang mendefinisikan pengertian usaha, maka usaha diartikan kegiatan mengerahkan tenaga, pikiran atau badan untuk mencapai suatu maksud. Selanjutnya bila menyimak pengertian  usaha menurut Nana Supriatna dkk mendefinisikan usaha adalah segala kegiatan yang dilakukan manusia dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
 Dari dua definisi di atas dapat di sederhanakan pengertian usaha, usaha adalah upaya yang dilakukan oleh mahkluk hidup dalam upaya  mempertahankan kelangsungan hidupnya untuk mencapai tujuan tertentu. Pada proses usaha itu kemudian muncul aktivitas, adaptasi, macam dan cara berusaha untuk kemudian menjadi sistem kerja. Pada tataran ini, ada kerja solo atau individual ada pula kerja kolektif atau kelompok. Sejatina tidak ada "supermen, yang ada super work" bermaknanya tidak ada orang sukses sendirian, tapi yang ada sukses hasil kerja bersama yang baik.
  Selanjutnya dari berbagai aktivitas usaha itu, muncul kesatuan beberapa orang yang mempunyai beberapa persamaan, kesamaan dimaksud bisa berupa kesamaan latar belakang pendidikan, jenis kelamin,  tempat tinggal, tempat kerja dan tujuan yang akan dicapai. Dari beberapan kesamaan itu kemudian membentuk koloni, dengan bahasa kekiniannya di sebut organisasi.
  Satu diantara beberapa jenis usaha atau pekerjaan adalah menjadi pegawai di Instansi Pemerintahan, baik itu pemerintah pusat atau pemerinrah daerah. Selanjunya jenis pekerjaan ini yang akan menjadi sorotan penulis. Dalam praktek beraktivitas di dunia kerja  di jumpai beberapa tipologi pegawai, selanjutnya dari beberapa tipologi itu kita bisa ber refleksi pada posisi mana kita berada, tipologi dimaksud diantaranya :
1. Pegawai Pemikir
  Pegawai tipe ini dalam aktivitas bekerja senantiasa menggunakan akalnya untuk berpikir dan berusaha keras dalam rangka mengoptimalkan hasil pekerjaannya, mencari dan memunculkan inovasi baru untuk mempermudah, menyederhanakan proses, jalan pintas tapi tak menyerempet norma atau kode etik pegawai. Pekerja tipe ini dilapangan akan nampak lebih kreatif, inovatif untuk kemudian bisa meng efektifkan dan meng efesienkan hasil pekerjaannya. Dalam bekerja ia nampak serius tapi tenang penuh kehati-hatian, di lihat atau tidak oleh atasan, rekan sejawat dan masyarakat, ia senantiasa bekerja dengan baik, ia berprinsip ini ada tugas dan tugas harus dikerjakan sesuai SOP yang telah ia sepakati, yang telah ditanda tangani pada pakta Integritas Pegawai. Pegawai tipe ini tidak berpikir  "Atuda" (Duh Susah Karena...) tapi ia berpikur "Sok Sanajan" (Walaupun Dengan..) serba keterbatasan tapi sanggup selesaikan tugas dengan baik. Ia berprinsip "Tiada Rotan Akarpun Jadi."
2. Pegawai Jarang Berpikir
 Pegawai tipe ini dalam bekerja tidak selalu berpikir kritis, tapi berpikir seriusnya manakala ada bocoran  Inspeksi Mendadak (sidak), akan ada audit, akan ada akreditasi, akan ada Monitoring dan Evaluasi (monev), akan ada visitasi, ada rekan media massa (wartawan). Bekerja cenderung santai tidak ada target untuk meningkatkan hasil kerja, tidak mau meningkatkan kompetensi diri, tidak punya target meningkatkan grade Institusi, berdiam pada zona nyaman. Acuh pada fenomena di lapangan, yang penting tidak merugikan diri pribadi. Cenderung berpikir "Atuda" (Duh Susah Karena ...) sering mengeluh dengan kondisi yang ada, mencari kambing hitam pada setiap permasalahan kerja.
3. Pegawai Tidak Berpikir
 Pegawai tipe ini dalam bekerja hanya menjalankan rutinitas belaka, tidak mau berpikir exstra, berpikir seadanya saja bahkan cenderung tidak berpikir. Prinsipnya ada tugas kerjakan, tidak ada ya sudah, tugas yang penting selesai, soal hasil menjadi urusan lain, tak mau tahu institusi mau ke arah mana dibawa pimpinan, sekalinya ada tugas harus di infus sedikit rupiah, dalam benaknya tak ada logistik maka logika tumpul kinerja buntu. Mengamankan diri pada zona nyaman. Cenderung pasif, kurang peka terhadap perkembangan zaman yang menuntut untuk penigkatan kompetensi pribadi dan kedinasan.
4. Pegawai Jadi Pikiran Orang Lain