"Kenapa gak pulang ja?"---pertanyaan bodoh yang sebaiknya disimpan daripada dilontarkan. Tapi bagaimanalah? Sudah terucap.
"Ujan," jawabnya yang dengan mudah mematikan topik. Tentu saja, itu Raja.
Hening beberapa saat. Percayalah, hanya sesaat.
"Lu kenapa belum pulang?" Kali ini Raja memecah 'keheningan sesaat' itu dengan pertanyaan yang sama.
"Ujan, ja," jawabku, persis seperti yang ia katakan sebelumnya.
Mengapa repot sekali menanyakan hal yang tidak perlu dipertanyakan? Padahal, kami sama-sama menatap hujan yang turun, dan tahu betul bahwa tak akan ada yang bisa pulang ketika langit terus mengguyur bumi.
Hari itu, rasanya hujan benar-benar menurunkan manfaat yang besar untukku. Tidak. Juga untuk hari-hariku seterusnya.
Hujan menjadi saksi bisu percakapan dua insan yang sedang menatapnya.
Hujan tahu siapa yang kupikirkan setiap kali ia turun ke bumi.
Hujan juga tahu, untuk siapa hatiku kala itu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI