Mohon tunggu...
Nyoman Witasta
Nyoman Witasta Mohon Tunggu... Konsultan - Belajar Menuis

Petroleum Geologist, Pemerhati Bidang Hulu Migas, Konsultant dan Dosen

Selanjutnya

Tutup

Nature

Siklus 30 Tahunan Giant Oil and Gas Discovery Indonesia

1 Desember 2021   09:25 Diperbarui: 7 Desember 2021   07:40 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Era Industri migas Indonesia sudah dimulai sejak 130 tahun lalu,  ketika tahun 1880an discovery atau ada penemuan minyak secara komersial untuk pertama kalinya dari sumur Telaga Tunggal di lapangan Telaga said, Sumatera Utara. Bahkan lapangan tersebut sampai saat ini masih aktif dikelola secara Technical Assitance Contract (TAC) antara Pertamina EP dengan Investor swasta. 

Jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia, Brunei, Thailand, Vietnam, Philiphine, Myanmar, Indonesia jauh lebih dulu menguras kekayaan migasnya. Selanjutnya penemuan migas di Kuti, Kruka, lapangan Lidah, Surabaya, Jawa timur (1887). Kebetulan tahun akhir 1980an penulis pernah mendampingi Prof. RP. Koesoemadinata, kunjungan lapangan dan sempat mengambil contoh minyak mentah dari onggokan selubung lubang pemboran (casing) yang fluidanya dekat permukaan di salah satu sumur Kruka –Lidah. Saat ini lapangan minyak tersebut mungkin sudah tertutup oleh Perumahan, pertokoan dan perkantoran.

Mengacu buku “Eroica The Quest for Oil in Indonesia (1850-1898), J.Ph. poley” bahwa Awal februari 1889, ahli migas Belanda bernama Adriaan Stoop melakukan  pemboran Kuti#4 yang ditajak  (Spud date) 6 maret 1889 dan menembus lapisan reservoir di kedalaman 600 feet, menyemburkan minyak dan gas. Untuk menampung produksinya, Adrian Stoop membuat kilang kecil di desa Medang, tidak jauh dari desa Kuti. Tahun 1890 Adrian Stoop sudah menyelesaikan pemboran 10 sumur dan produksinya sekitar 73-200 crates minyak, dijual ke pabrik es dan arak disekitar stasiun kereta api, Wonokromo. 

Akhirnya ditahun itu juga diambil keputusan untuk membangun kilang yang lebih besar di Wonokromo, antara kanal ke sungai Brantas dan stasiun kereta api Wonokromo sebagai kilang pertama Indonesia.Penemuan ladang minyak tidak berhenti sampai di Kuti, tapi berlanjut ke wilayah Cepu selanjutnya  lapangan lapangan Talang Akar Pendopo, Duri,  Minas, Attaka, Arun, Natuna.

Hasil produksi lapangan tersebut membawa Indonesia menjadi Negara kaya minyak dengan peak produksi 1,65 juta barel per hari (bph) di tahun 1977 dan 1,6 juta bph tahun 1995. Namun setelah itu produksi minyak nasional turun terus menjadi 750 bph atau hanya separoh dari konsumsi nasional di tahun 2019 dan terpaksa harus import. Temuan besar lainnya adalah Masela dan Banyu Urip Blok Cepu, sebagai giant discovery tahun 2000an. Jika tidak ada Banyu Urip, mungkin produksi minyak nasional hanya 500 ribu saja.

Dari sejarah penemuan (discovery) lapangan migas Indonesia, sebagian besar temuan lapangan, kini sudah berumur 50-120an tahun. Wajar saja jika dikatakan lapangan tua (mature field). Jika dihitung dari tahun 1885-1980 saja ada ratusan temuan lapangan migas dari yang berukuran kecil sampai ukuran raksasa (giant discovery) yaitu : Jawa timur ada 32  temuan (discovery), sejak ditemukannya lapangan Kruka Kuti tahun 1888. 

Jawa barat ada 78 temuan migas sejak ditemukannya lapangan Arjuna tahun 1969, Sumatera selatan 83 penemuan sejak ditemukannya lapangan Sumpal tahun 1898, Sumatera tengah ada sekitar 124 tenemuan sejak ditemukannya lapangan Lirik tahun 1939, Kalimantan 80an tenemuan berawal dari ditemukannya lapangan Sesanip tahun 1900, Papua 24 tenemuan sejak ditemukannya lapangan Klamono tahun 1936, Seram ada 3 temuan sejak lapangan Bula tahun 1897 dan untuk Wilayah Natuna ada 7 temuan dimulai dari ditemukannya lapangan Udang dan Terubuk tahun 1974.

Jika dikelompokkan dari tahun tenemuan seolah ada siklus 30 tahunan temuan berukuran  sedang - besar yang dapat dikelompokkan sebagai temuan tahun 1910an, 1940an, 1970an dan tahun 2000an). Era sebelum tahun 1900 ditemukan beberapa lapangan antara lain; Telaga said, Sanga sanga, Ledok , Sumpal, Semanggi, Kawengan. Era tahun 1910an ada lapangan Pangkalan Susu, Nglobo, Metes, Talang Akar Pendopo, Bunyu, Anggana, Pamusian. 

Lalu tahun 1940an beberapa temuan berukuran sedang sampai ukuran raksasa antara lain Duri, Minas, Lirik, Sago, Sangata, Musi, Klamono, Tanjung.Tahun 1970an Indonesia panen raya temuan migas antara lain; Arun, NSO, NSB, Kuala simpang, Jatibarang, Poleng, Attaka, Semberah, Handil, Sembakung, Bekapai, Arjuna, Cinta, janti, Kitty, Utari, zilda, Gita, Nora dll di laut Jawa Barat utara. Dan temuan besar terakhir yang besar yaitu terjadi di tahun 2000an, Masela, Banyu Urip - Exxon Mobil blok Cepu.

Dengan pola siklus temuan migas (discovery)  diatas lalu dikorelasikan dengan ketertarikan investor bidang migas yang semakin menurun, lesunya kegiatan eksplorasi, mungkinkah nanti baru tahun 2030an akan ada giant discovery baru? fakta  atau mitos.!!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun