Mohon tunggu...
Nyoman Witasta
Nyoman Witasta Mohon Tunggu... Konsultan - Belajar Menuis

Petroleum Geologist, Pemerhati Bidang Hulu Migas, Konsultant dan Dosen

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kenapa Produksi Minyak Nasional Turun Terus

30 November 2021   19:50 Diperbarui: 30 November 2021   21:01 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sampai 30 September 2021 capaian realisasi lifting minyak baru mencapai 93,8% atau 661.110 dari target APBN 705.000 barel minyak per hari. Padahal waktu tersisa hanya dua bulan, target realisasi lifting bisa jadi tidak akan tercapai. Hal ini jelas menunjukkan bahwa jika tidak ada terobosan menerapkan teknologi baru, lifting minyak akan terus menurun.

Menurunnya produksi minyak disamping dipengaruhi okeh faktor non teknis, juga tidak lepas dari kondisi lapangan migas Indonesia. Diperkirakan 90% lapangan minyak Indonesia merupakan lapangan tua, kebanyakan sumur minyak Indonesia pada era ini sudah berubah menjadi sumur air dan sedikit bercampur minyak, hanya 5-10% minyak dan sisanya adalah air. Karena puluhan bahkan ada yang ratusan tahun sudah dikuras. 

Recovery factor juga sudah cukup tinggi antara 20-25% (optimal), tekanan reservoir yang lemah (depleted), tidak kuasa lagi untuk mendorong minyak keluar ke permukaan walaupun sudah dibantu dengan pompa angguk dll. Tahapan produksinya nya pun seharusnya sudah masuk ketahap pengurasan sekunder maupun tersier atau Enhanced Oil Recovery yang dikenal dengan istilah  EOR.

EOR merupakan metode pengurasan minyak tahap lanjut dengan cara menambahkan energi berupa material atau fluida yang tidak terdapat dalam reservoir minyak. Umumnya EOR diterapkan pada lapangan yang telah cukup lama diprodukssikan (mature field) dengan tujuan mengambil sisa minyak yang tidak dapat diproduksikan dengan metode perolehan primer dan sekunder (water flooding). Beberapa teknik EOR yang dikenal adalah injeksi uap, (steam flood), injeksi kimia, (Chemical flooding) injeksi CO2 dll.Sebagaimana diketahui, lapangan-lapangan minyak memiliki tiga fase produksi. Fase pertama adalah fase primer yaitu ketika pengangkatan minyak ke permukaan bumi dapat dilakukan dengan menggunakan tekanan alami. Ketika tekanan alami berkurang dan produksi ikut turun, maka untuk menambah tekanan, lapangan diinjeksi air atau gas (fase sekunder). 

Saat injeksi air dan gas tidak lagi bisa tingkatkan produksi, maka produksi memasuki fase ketiga (tertier). Pada fase inilah EOR dilakukan. Jika pada dua fase sebelumnya injeksi hanya untuk menambah daya dorong, pada penerapan EOR, injeksi dilakukan untuk mengubah karakter minyak, air, dan batuan. Misalnya, minyak yang awalnya bersifat kental, dengan injeksi steam (uap), minyak tersebut menjadi lebih encer dan mudah mengalir. Tujuannya tetap sama, yaitu meningkatkan jumlah minyak yang bisa diproduksikn.
Ratusan lapangan migas, dan puluhan ribu sumur migas membutuhkan teknologi baru untuk paling tidak, dapat menjaga penurunan alamiah bahkan bisa ditingkatkan produksinya.Pengelolaan lapangan migas tua dengan kondisi sumur dan fasilitas produksi yang tua tentunya tidaklah mudah.  Tdak bisa hanya dikelola menggunakan cara cara biasa seperti yang dilakukan pada saat awal produksi. Model atau teknologi yang digunakan selama ini masih dapat dikatakan cara biasa saja seperti, stimulasi, kerja ulang pindah lapisan (workover), pemboran dan masih bermain diranah pengurasan minyak tahap primer.

Sesungguhnya di Indonesia belum diterapkan EOR secara skala lapangan, kecuali lapangan Duri yang sudah dilakukan sejak tahun 80an oleh Chevron/Caltex menggunakan uap yang disebut Duri Steam Flood. EOR di Indonesia masih tahap kajian bawah tanah (sub surface), kajian laboratorium untuk kecocokan jenis kimia atau CO2 atau jenis lainnya yang akan dipakai, dan berhenti sampai tingkat pilot test. Pemerintah sudah mencanangkan sekitar 34 kandidat lapangan yang siap untuk diaplikasikan dengan teknologi EOR, namun untuk realisasinya tidak akan mudah dan cepat. 

Harus menempuh jalan panjang sampai mendapatkan metode tertentu yang cocok dengan masing masing reservoirnya yang sangat hetrogen, butuh waktu-5-7 tahun untuk bisa mengatakan bahwa kimia tertentu cocok diaplikasikan secara lapangan. Apalagi dalam situasi seperti saat ini, Untuk lapangan yang sudah dilakukan pilot EOR dan sudah berhasil dengan jenis kimia tertentu, masih kesulitan mendapatkan jenis kimia untuk diinjeksikan secara skala lapangan

Tantangan industri migas Indonesia saat ini adalah bagaimana caranya menurunkan kadar air sumuran, menurunkan kekentalan atau viskositas minyak terutama di lapangan minyak berat, bagaimana caranya menambah jumlah minyak yang bisa terproduksi ( menurunkan tegangan permukaan ) agar minyak lebih mudah lepas dan mengalir ke sumur produksi.

Sebagai jalan keluar untuk meningkatkan produksi, harus terus bergerak dan tidak fokus pada teknologi EOR (chemical atau CO2) saja. Dengan teknologi baru yang tersedia di Indonesia, akan bisa membuka peluang meningkatkan produksi secara efisien pada sumur sumur yang ditutup sementara (suspended wells), sumur (water coning) maupun sumur rusak (reservoir damage), bisa sebagai target baru kembali, untuk dioptimalkan. 

Segera menerapkan teknologi baru yang sudah terbukti berhasil pada skala lapangan. Dimana saja teknologi itu diterapkan dan lakukan kunjungan kerja, seperti apa teknologinya dan operasinya. Saat ini di Indonesia sudah tersedia teknologi secara operasional tidak membutuhkan Rig, simpel, efisien dengan model jika tidak berhasil meningkatkan produksi maka tidak perlu membayar (No Cure No Pay). Secara bisnis KKKS tidak ada risiko investasi atau finansial. Biarkan EOR terus berupaya melanjutkan segala prosesnya untuk bisa masuk ketahap implementasi lapangan, dan tentunya eksplorasi juga akan meningkatkan upayanya mencari temuan baru.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun