Hingga suatu saat, Pak Yohanes terjatuh ditempat kerja. Suasana saat itu sangat mencekam. Ibu Vivin panik di rumah. Ia tidak mungkin meninggalkan tiga anaknya di rumah. Ia hanya pasrah mendengar berita dari tetangga yang kebetulan kerja dipuskesmas.
Sampai disitu Ibu Vivin tak bisa lagi menahan tangisnya. Ia menjerit histeris sambil memanggil-manggil nama suaminya.
"Ma..ma.., sudahlah. Semua harus di ikhlaskan. Walau Lena tidak tahu persis karena masih kecil, tapi Lena sangat yakin Ayah sudah tenang di alamnya." Selena berusaha menguatkan perasaan Ibunya, sambil mengusap air mata yang tiada henti berderai.
"Nak, sekarang tanggal 26. Sebentar lagi tahun baru. Ingat nanti tanggal 28 buat persembahan untuk ayahmu. Ditanggal itulah Ayah mu pergi untuk selamanya." Ucap Ibu Vivin dengan suara parau dan bibir bergetar.
Selena memeluk ibunya. Air matanya juga tak mampu ia tahan.
"Sudah pasti Bu. Selena akan buat persembahan terbaik. Selesa bersama kakak dan adik sangat bersyukur punya Ayah yang sangat baik. Ibu jangan bersedih. Kami semua sudah kerja. Sudah bahagia. Mari selalu doakan ayah biar bahagia juga."
Mentari terus berputar. Hari sudah menjelang sore. Kami kembali berbenah karena sebentar lagi kakak datang dari kerja. Kami tak mau suasana rumah terlihat sedih.
Sebentar lagi tahun baru. Semoga keluarga kami mendapat suasana baru yang penuh keindahan dan kedamaian.
Bali, 21-12-24
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H