Jalan Tani Dibaguskan. Petani Menghilang
Hari minggu saya mendapat kesempatan jalan jalan menikmati alam. Kebetulan bersama teman melewati jalan aetapak di persawahan. Saya terkejut, ternyata jalan subak yang dulu sulit dilewati, rupanya sedang diperbaiki.
Saya merasa bersyukur, kesempatan untuk jalan jalan akan dipermudah. Sambil istirahat, saya sempat bincang bincang dengan tukang yang sedang bekerja. Konon anggaran yang digunakan adalah bantuan dana desa bidang pertanian yang disebut jalan tani.
Untuk tahun ini ruas jalan tani yang diperbaiki sekitar 300 meter dengan lebar 1,5 meter dan ketebalan 10 cm. Seperti biasa tenaga yang digunakan adalah masyarakat setempat yang mau bekerja.
Perbuatan jalan tani seperti ini sudah tentu harapan pemerintah adalah mempermudah akses petani untuk melakukan aktifitas pertanian, sehingga produksi pertanian akan lebih mudah dipasarkan dan dengan harga jual yang bagus.
Namun di balik itu, penyusutan tanah utamanya sawah sangat cepat di Bali. Hal ini disebabkan karena pertambahan penduduk yang cepat utamanya masyarakat pendatang. Ini tidak lepas dari semaraknya pariwisata di Bali.
Keinginan pemerintah daerah Bali menjadikan pariwisata berbasis budaya dan pertanian sampai saat ini belum menampakan hasil. Salah satu penyebab adalah kurangnya perhatian kepada pertanian.
Mengajak generasi muda di Bali untuk menekuni pertanian rupanya sangat susah. Penulis sudah mencoba terjun langsung. Hasilnya tidak sesuai harapan. Walaupun punya lahan digunakan banyak, tetap saja produksi tidak berimbang bila mengambil pekerjaan lain seperti pertukangan atau kerja buruh lain.
Sudah semestinya pemerintah harus mendorong pertanian modern dengan hasil yang sepadan dengan hasil bulanan seperti bekerja di tempat lain.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI