Mohon tunggu...
Nyoman Sarjana
Nyoman Sarjana Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Penulis

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Misteri Tibu Gatep

26 Mei 2024   16:57 Diperbarui: 26 Mei 2024   17:59 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar lukisan Ir. I Wayan Wiguna Negara

Sebelum sore tiba, masyarakat berbondong-bondong mencari Dadong Saplir. Seluruh aliran sungai di desa disusuri, sambil memukul sesuatu, sehingga terdengar suara. Konon suara gaduh, dapat membantu seseorang bila disembunyikan makhluk halus.

Ternyata sampai menjelang malam, Dadong Saplir tidak bisa ditemukan. Kerlap kerlip lampu sentir, lobakan sudah mewarnai suasana. Tiba-tiba Bapa Kelian teringat dengan Tibu Gatep. Instingnya berkata, tidakkah Dadong Lipur tenggelam di Tibu Gatep? Lalu beliau mengarahkan masyarakat kesana. Sesudah semua berkumpul, Bapa Kelian menyuruh keluarga menghaturkan sesaji sepantasnya.Beliau juga menyuruh warga yang bisa menyelam mencari di sungai. Selang  beberapa menit ada warga yang berteriak.

"Bapa Kelian, coba lihat ini!. Ada bekas jejao dan selembar baju yang tersangkut di semak ini".

Bapa kelian dan beberapa anggota masyarakat mendekat. Bapa Kelian semakin yakin Dadong Saplir ada dikisaran sini. Apa yang disampaikan oleh Bapa Kelian ternyata benar. Baru beberapa kali petugas menyelam, mayat Dadong Saplir ditemukan. Tampak kamben yang digunakan terlihat robek. Setelah di bawa kepinggir sungai dan ditaruh di atas daun pisang, tampak mayat Dadong Saplir sedikit membiru. Mungkin karena kemasukan air.

Akhirnya keluarga dan warga banjar mempersiapkan perlengkapan upacara penguburan. Konon mayat Dadong Saplir tidak boleh dibawa pulang karena kematian ulah pati. Keluarga dan masyarakat menunggu di sungai. Keesokan hari baru mayat Dadong Saplir dikubur.

Begitulah misteri Tibu Gatep menyimpan misteri sampai saat ini. Para tetua meyakini banyak mahluk halus yang masih ada sampai saat ini, terutama di aliran sungai Yeh Sungi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun