Talisa duduk di sofa loby hotel. Setiap saat Ia melihat hp digenggaman. Sebuah taxi berhenti. Seseorang sedang memegang bingkai. Talisa yakin itu Faldo. Benar saja. Baru menoleh Faldo menjulurkan tangannya. Talisa menyambut sambil senyum.
"Sudah lama menunggu? Tadi agak macet di by pass Ngurah Rai. Mungkin ada tamu negara yang datang." Kata Faldo sambil membenahi topinya.
"Ndak juga Mas. Bisa bawa sendirian lukisannya?"
Faldo menganggung. Mereka menuju life. Talisa sedikit heran, Faldo datangnya tetep gaya gitu. Rambut dibiarkan seakan acak-acakan. Itu tuh, celananya ada bercak cat. Bajunya lagi, kayak nggak layak dipakai. Memang gini ya gaya seniman? Pikir Talisa.
"Yuk, ini kamarku udah nyampe. Mana lukisannya aku bawa masuk. Bentar tak buatin kopi. Ada kok Mas. Jatah dari hotel."
"Makasi. Aku duduk disini, sambil merokok." Faldo duduk di balkon. Perasaannya nggak karwan. Jujur baru kali ini ia ada rasa jatuh cinta. Soal gadis yang jadi model, tak terhitung banyaknya. Tapi Talisa?
"Mas Edo, silahkan minum kopinya. Aku mau nelpon Mama dulu. Bilang lukisan sudah datang." Talisa masuk ke kamar dan menelpon Mamanya. Sekalian minta ijin jalan-jalan sama Faldo ke pantai.
"Ma, Talisa minta ijin jalan-jalan sebentar sama Faldo yang pelukis itu ya. Kan pantainya deket."
"Kamu percaya sama dia? Mama sih ok aja. Cuman hati2 ya."
"Ya Ma. Makasi."
Talisa keluar kamar. Dilihatnya Faldo sedang menikmati kopi. Asap rokoknya mengepul.