Mohon tunggu...
Nyoman Sarjana
Nyoman Sarjana Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Penulis

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Mas Rio, Utari Sayang Kamu

31 Maret 2024   20:13 Diperbarui: 31 Maret 2024   20:41 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mas Rio, Utari Sayang Kamu (seri 4)

Kurang lebih dua jam, operasi berlangsung. Rupanya kondisi Rio stabil, sehingga ia dipindahkan ke sal bedah. Syukur Utari sudah pulang dari kerja.

Di kamar nomor 12, Utari dengan sabar menunggu Rio. Impus yang terpasang hanya dilengan saja. Tapi kateter juga masih terpasang. Kelihatan Rio sudah mulai bergerak-gerak.

Utari keluar ruangan karena ia belum makan siang. Utari duduk di bangku bawah pohon kamboja. Ia menikmati nasi bungkus dengan lahap. Baru kali ini Utari merasa sedikit nikmat makannya.

Belum selesai makan, tiba-tiba datanh seorang pria menghampiri. Sambil mohon ijin dia duduk disamping Utari.
"Bagaiman Rio. Apa sudah baikan?"

"Sudah agak baikan Pak. Bapak siapa?"

Sambil mengunyah permen, pria itu berkata.
"Aku polentir. Yaah.., biasalah bantu-bantu orang yang mengalami kesusahan."

Lagak lelaki itu menyebalkan. Utari merasa tidak betah melihatnya. Tapi dia menahan kesabaran, walau mangkel.

"Maksud Bapak apa sih?" Utari coba memancing.

"Mbak, sekedar tahu aja. Kasus seperti Rio pasti hukumannya berat karena masalah narkoba. Apalagi Dia pengedar kelas kakap".

Utari makin tak ngerti. Siapa sebenarnya orang ini. "Mengapa ia tahu Rio kena kasus narkoba?" Pikirnya.

"Darimana Bapak tahu Rio kena kasus narkoba? Bukankah dia belum terbukti?"

Sambil menunjukkan senyum sinis, lelaki itu berkata.
"Ah, Mbak tidak tahulah permainan. Jaman sekarang, apa yang tidak bisa dipermainkan."

Utari makin tak mengerti. Ia lama terbengong. Sebelum mengutarakan sesuatu, lelaki itu meneruskan ucapannya.

"Begini saja Mbak. Sediakan sejumlah uang, saya akan atur hukuman yang menjerat Rio. Ini nomor yang bisa Mbak hubungi."
Lelaki itu menyerahkan kartu, lalu permisi meninggalkan Utari.

Sesaat Utari sadar, Rio sendirian diruangan. Ia bergegas keruangan. Didapatinya Rio meringis. Mungkin dia sudah mulai merasakan sakit. Utari mengepal tangan Rio.

Dalam suntuk menunggu Rio kekasihnya, Utari teringat apa yang disampaikan lelaki tadi.

"Semua bisa diatur." Alangkah kejamnya dunia ini. "Tapi apapun yang terjadi Aku tetap menyayangi Rio." Pikir Utari sambil memijit tangan Rio.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun