Sementara itu Mirah yang sering mangkel di kelas merasa terpukul. Ternyata jebakannya untuk Bracuk membawa sial. Biasanya pagi-pagi sebelum guru datang, Bracuk dengan gayanya duduk di bangku guru sambil menirukan latah guru saat mengajar.
Mirah tidak suka guru pujaannya, Pak Tomo di olok-olok. Hingga Mirah memasangi permen karet itu.
Mirah gadis pendiam lagian pinter, kali ini merasa menyerah. Ia bingung harus berbuat apa. Diam-diam dia mendekati Agung ketua kelas.
"Agung, ada yang ingin aku sampaikan," kata Mirah. Wajahnya terlihat memelas.
"Waah, tumben putri cantikku. Ada apakah gerangan?" Agung menggoda. Ini kesempatan emas bisa merayu.
"Jangan gitu Agung. Aku lagi stres."
"Kok tumben?. Lagi diputusin pacar ya." Agung melontarkan kata tanpa mikir banyak.
"Ah, kamu. Itu lho, soal permen karet." Mirah menghentikan ucapannya. Pandangannya menerawang jauh.
"Gimana permen karet? Kan Pak Tomo sudah kena." Agung tersenyum.
"Itu dah Agung. Permen karet itu Aku yang masang."
Agung terbengong-bengong. Dia tak percaya ulah Mirah. Masak sih, pikirnya.