Mohon tunggu...
Nyoman Payuyasa
Nyoman Payuyasa Mohon Tunggu... Editor - penulis

hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Seni

Film Dokumenter Tutur Lelaku I Ketut Muji Tayang di Surabaya

12 Oktober 2024   23:45 Diperbarui: 12 Oktober 2024   23:50 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah karya film dokumenter luaran Penelitian, Penciptaan, Diseminasi Seni-Desain (P2DSD) Institut Seni Indonesia Denpasar tahun 2024 tayang di dua tempat di Surabaya. Film ini adalah buah karya dari dosen Prodi Produksi Film dan Telvisi, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Denpasar. Film yang diberi judul Tutur Lelaku I Ketut Muji ini dikerjakan secara bersama oleh I Nyoman Payuyasa, selaku sutradara dan penulis naskah, Ida Bagus Hari Kayana Putra selaku penata kamera, Gangga Lawaranta - penata kamera, Putu Adi Restiawan-Editor, Ni Nyoman Ayu Suciartini-penulis naskah sekaligus narator film. 

Film  berdurasi 15 menit ini di hari pertama di-screening di SMKN 12 Surabaya pada Rabu, 9 Oktober 2024 dan hari kedua, Kamis, 10 Oktober 2024 bertempat di Universitas Ciputra. Film ini berangkat dari latar belakang bahwa Bali memiliki barisan nama-nama maestro terkemuka. Salah satu dari beberapa maestro yang kini berada dalam usia senja dengan rekam jejak yang mahaagung adalah I Ketut Muji. I Ketut Muji lahir di Singapadu, Gianyar, kini telah berusia lebih dari 93 tahun. 

Berdasarkan riset awal yang dilakukan terhadap maestro I Ketut Muji, banyak nilai dan pelajaran yang harus diwariskan kepada para pelaku seni di Bali. I Ketut Muji merupakan maestro tari yang memiliki karakter dan style (gaya) yang kuat dan sampai saat ini belum ada yang mampu mewarisi. Selain kekuatan yang dimiliki I Ketut Muji, maestro yang biasa disapa Bape Muji ini juga sarat dengan pemahan nilai terhadap tari dan menjadi penari. 

Dok. Payuyasa
Dok. Payuyasa

Satu bait kutipan pernyataan yang didapatkan adalah terkait rasa yang harus dimiliki oleh seorang penari. “Harus ada bayangan saat menari. Terkait perasaan saat menari tidak bisa diajarkan itu berasal dari diri sendiri. Kalau tidak ada rasa maka tidak akan ada penjiwaan.” (I Ketut Muji, Podcast Naluri Gama 2022). 

Tuturan ini adalah salah satu sari kehidupan I Ketut Muji dalam memahami secara utuh tentang tari dan menjadi penari yang menjiwai. PHal ini yang kemudian memicu untuk menghadirkan maestro I Ketut Muji ke dalam sebuah film dokumenter. Tujuan utamanya adalah mencatat pengetahuan maestro ke dalam film adalah untuk mengabadikan dan mengembangkan nilai-nilai, etika, dan perjalanan ilmu pengetahuan dalam diri I Ketut Muji kepada para generasi penerus terutama para pelaku seni di Bali.

Dok. Payuyasa
Dok. Payuyasa

Film ini didukung oleh untaian narasi yang berusaha menggambarkan hal-hal yang tidak mampu disampaiakn narasumber dan gambar. Selain narasi, film juga didukung dengan ilustrasi-ilustrasi yang digarap apik oleh I Komang Adi Pranata dari Sanggar Manubada Art. 

Tayangnya film ini di Surabaya sebagai bagian dari diseminasi hasil Penelitian, Penciptaan, Diseminasi Seni-Desain (P2DSD) Institut Seni Indonesia Denpasar mendapatkan sambutan positif. Film ini juga mendapat sambutan dan apresiasi dari para penonton yang hadir. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun