Hari pendidikan internasional atau dikenal sebagai International Day of Education diperingati setiap tanggal 24 Januari setiap tahunnya. Di tahun 2023 ini mengusung tema To Invest in People, Prioritize Education yang berarti berinvestasi pada manusia, memperioritaskan pendidikan. Melalui tema ini juga mengingatkan kita bahwa pendidikan harus diprioritaskan untuk mempercepat kemajuan menuju pembangunan be rkelanjutan.
Meski faktanya pendidikan dijadikan prioritas layanan pokok, dengan alokasi anggaran sebesar 20% dari APBD sesuai amanat UUD 1945 pasal 31 ayat (4) dan UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 49 ayat (1). Nyatanya laju peningkatan kualitas pendidikan kita masih terkesan lambat.
Di berbagai pemberitaan masih kita saksikan anak-anak berseragam sekolah yang menempuh perjalanan mengkhawatirkan melalui sungai, berjalan kaki berpuluh kilo meter, kekerasan seksual di sekolah, bullying, kesenjangan fasilitas pendidikan, hingga proses pembelajaran tradisional dengan menghafal dan tidak berpusat pada peserta didik.
Mengurai pendidikan dengan kurikulum merdeka
Diantara perbaikan yang sedang diupayakan pemerintah dalam bidang pendidikan adalah dengan menggalakkan kurikulum merdeka. Kurikulum ini dirancang sedemikian rupa dengan prinsip keberpihakan pada peserta didik, dengan guru sebagai fasilitator dan mengakomodir kebutuhan peserta didik dalam pembelajaran.
Menjadikan siswa sebagai perwujudan projek penguatan profil pelajar pancasila (P5) yang mengedepankan sikap beriman dan bertakwa pada Tuhan yang Esa dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, gotong-royong, mandiri, kreatif, dan bernalar kritis yang selanjutnya juga merupakan tujuan dari kurikulum ini.
Tentu, konsep kurikulum yang ideal pasti juga harus didukung dengan sumber daya manusia, sarana dan prasarana, serta berbagai macam instrumen yang mampu melengkapi hal itu agar dapat berjalan sebagaimana mestinya. Dari keseluruhan itu sebagai seorang mahasiswa program profesi guru (PPG) prajabatan gelombang pertama yang sedang menempuh pendidikan setidaknya ada satu hal yang paling saya highlight dalam dunia pendidikan. Hal itu dinamakan mindset atau pola pikir.
Dulu selama di sekolah, kita diarahkan untuk mengerjakan tugas sekolah sesuai rumus yang diajarkan tanpa mementingkan bagaimana cara menyelesaikan tugas tersebut dengan cara yang paling efektif. Padahal, pikiranlah pusat dari apa yang kita lakukan, sehingga melatih berpikir sudah seharusnya diajarkan sejak lama di sekolah, inilah yang dalam kurikulum merdeka dinamakan computational thinking (CT) atau pemikiran komputasi.
Mengenal CT dan Penggunaannya
Di kurikulum merdeka, siswa memang tidak akan mendapat mata pelajaran CT di sekolah. Akan tetapi CT dapat diintegrasikan dalam mata pelajaran. CT merupakan proses berpikir dalam memformulasikan persoalan dan berstrategi dalam menentukan atau memilih solusi yang efektif, efisien, dan optimal untuk dikerjakan.