Dalam mempelajari CT, ada 4 fondasi yang perlu  kita ketahui, pertama dekomposisi yang berarti pembagian persoalan ke dalam beberapa sub-persoalan yang lebih kecil, selanjutnya pengenalan pola yaitu pengamatan atau analisis terhadap berbagai kesamaan yang ada di antara persoalan-persoalan, lalu abstraksi meliputi proses eliminasi bagian-bagian yang tidak relevan dari suatu persoalan, serta algoritma yang artinya langkah-langkah terurut untuk menyelesaikan suatu persoalan. Dengan kata lain, CT merupakan cara pikir untuk menyelesaikan masalah yang rumit menjadi sesuatu yang mudah dan kongkret.
Selain dalam mata pelajaran, CT juga dapat kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai manusia kita biasanya tidak terlepas dari masalah, dalam kondisi tertentu akibat beban pikiran dari masalah yang ada, hal ini tidak jarang mengantar seseorang mengambil langkah pendek hingga sampai mengakhiri hidup, keterampilan berpikir sudah semestinya menjadi bekal untuk setiap orang agar mampu mengambil solusi dari tiap permasalahan yang ia hadapi tidak terkecuali untuk mereka yang sedang menempuh pendidikan.
Dr. Inggriani Liem dalam podcast bebras Indonesia pernah memberikan contoh penerapan CT dalam kehidupan sehari-hari. Misal, ketika kita lapar dan ingin membuat nasi goreng, tentu hasil yang ingin kita dapatkan adalah nasi goreng bukan bubur ayam.Â
Maka kita memulai pembuatan nasi goreng dengan memilih bahan untuk membuat nasi goreng (abstraksi), lalu memulai langkah pembuatannya (algoritma), lalu menjalankan proses memasak dengan membagikannya menjadi proses persiapan, memasak, dan menyajikan (dekomposisi), serta mencicipi rasa dan membandingkannya dengan  nasi goreng yang pernah kita makan sebelumnya, apabila masih ada bagian yang kurang akan kita tambah atau lengkapi (pengenalan pola) sehingga ketika kita akan memasak nasi goreng lagi, kita sudah tahu tahapan dan langkah-langkahnya.
Sedangkan di dalam mata pelajaran, misalnya pelajaran bahasa Indonesia pada materi cerita fantasi, dapat dilakukan dengan memilih cerita fantasi yang sesuai dengan geografi dan kebutuhan siswa (abstraksi), lalu mengajak siswa menjalankan langkah-langkah mengenal sebuah cerita fantasi (algoritma), membagi siswa menjadi kelompok untuk menentukan unsur intrinsik cerita fantasi (dekomposisi), serta membandingkan kerja kelompok dengan kelompok lain melalui presentasi dan memberikan kritik serta saran (pengenalan pola). Sehingga dengan demikian, siswa secara tidak langsung telah diajarkan mengintergrasikan CT dalam mata pelajaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H