Padang kulit kacang yang kesekian, barulah bang Pono memasang wajah serius. Ia mendeham, seakan kami akan menyudahi hubungan ini.
"Abang akan memberitahu semuanya, dik"
"Apa itu bang? Bukankah selama ini kau selalu jujur padaku?" Dadaku tiba-tiba sesak, ada yang tertahan, tapi aku tidak bisa mengatakannya.
"Kita tidak pernah benar-benar saling mengenal dik"
"Apakah 5 tahun adalah waktu yang singkat untuk kita saling mengenal, bang? Bukankah keluarga kita sudah saling mengenal? Bahkan aku sering berkunjung kerumah mu diam-diam" ada hangat yang tiba-tiba muncul dibawah mataku.
Mas Pono diam. Tatapannya lurus kedepan. Seperti ada yang mengganggu dirinya, ia menggerak-gerakkan wajah. Alunan musik pop dari panggung konser didepan kami berubah menjadi musik yang tak ku kenal genrenya.
Sekejap kemudian, bang Pono maju beberapa langkah. Ia lalu membuat gerakan-gerakan aneh, semakin cepat dan tak menentu. Tangan seperti hendak mencakar siapapun, ia duduk menyerupai harimau, gigi-giginya ia keluarkan sedang rahang bagian bawah mundur ke dalam. Aku seperti tidak mengenal dirinya saat ini. Ku tutup mataku dengan kedua telapak tangan, seakan ada suara yang mengetuk masuk kedalam telingaku.
Dalam hati kukatakan, "ya bang, kita memang tidak pernah saling mengenal"
Anggota tim supik-supik