Penulis : Nayla Ramadhani (2400690), Dr. Dinie Anggraeni Dewi, M.Pd., M.H.Â
Di tengah derasnya arus digitalisasi, tantangan utama pendidikan bukan hanya memastikan generasi muda terampil menggunakan teknologi, tetapi juga mampu membangun karakter mereka. Generasi Z dan Alpha, yang tumbuh dalam lingkungan digital, memerlukan pendekatan pendidikan yang sesuai untuk memastikan mereka tetap menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa. Webinar bertajuk "Membangun Karakter Generasi Z dan Alpha melalui Pendidikan Pancasila Kewarganegaraan Era Digital" yang diselenggarakan oleh Event Guru ID pada 15 November 2024, hadir untuk menjawab tantangan ini dengan menyoroti pentingnya pendidikan karakter melalui nilai-nilai pancasila.
Mengenal Generasi Z dan Alpha Â
Generasi Z lahir antara tahun 1997 hingga 2012 dan dikenal sebagai generasi digital native pertama. Mereka tumbuh di tengah pesatnya perkembangan teknologi, menjadikan mereka fleksibel, inovatif, dan sangat adaptif terhadap perubahan. Namun, tantangan besar yang dihadapi generasi ini adalah rendahnya literasi politik, minimnya keterlibatan dalam kegiatan sosial, dan kecenderungan untuk lebih terfokus pada tren viral daripada substansi. Â
Di sisi lain, Generasi Alpha yang lahir sejak 2011 hingga 2025 adalah generasi yang lebih akrab dengan teknologi sejak usia dini. Gadget, media sosial, dan dunia digital menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka. Dengan kecerdasan yang diakui lebih tinggi dibandingkan generasi sebelumnya, mereka juga menghadapi risiko, seperti sikap individualistis, rendahnya kreativitas akibat solusi instan, dan keterasingan sosial. Â
Tantangan dalam Era Digital Â
Kehidupan digital generasi ini menghadirkan dua sisi mata uang. Di satu sisi, teknologi membuka akses luas terhadap informasi, pembelajaran digital, dan kolaborasi global. Di sisi lain, kemudahan ini membawa risiko seperti hoaks, cyberbullying, intoleransi, dan menurunnya empati sosial. Ketergantungan pada teknologi juga berdampak pada kebiasaan hidup generasi muda yang kurang bersosialisasi, lebih individualistis, dan sering kali terfokus pada pencapaian popularitas di media sosial. Â
Selain itu, kekhawatiran dari sisi keluarga sering muncul, seperti ketidakmampuan generasi muda memenuhi harapan orang tua atau kebingungan menentukan arah karier setelah pendidikan. Tantangan ini semakin besar ketika karakter bangsa yang diharapkan, seperti toleransi, kerja sama, dan kepedulian, semakin tergerus oleh pengaruh negatif teknologi. Â
Pendidikan Karakter sebagai Solusi Â
Di tengah tantangan ini, pendidikan karakter berbasis nilai-nilai Pancasila menjadi solusi utama. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) menawarkan pendekatan holistik untuk membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga berakhlak mulia. Pendidikan ini menanamkan nilai-nilai seperti religiusitas, nasionalisme, kemandirian, gotong royong, dan integritas. Â
Melalui metode pembelajaran yang inovatif, seperti simulasi, pembelajaran berbasis proyek, dan kolaborasi, siswa dapat dilatih untuk berpikir kritis, berkomunikasi secara efektif, dan memahami pentingnya toleransi. Proyek seperti kampanye anti-bullying atau kegiatan berbasis lingkungan membantu siswa belajar langsung dari masyarakat. Â