Mohon tunggu...
Nyimas Hilmiyati
Nyimas Hilmiyati Mohon Tunggu... Penerjemah - Selalu bersyukur

seorang ibu rumah tangga dengan 6 orang anak yang sudah gemar menulis sejak di bangku sekolah dasar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Nyeri Rindu

18 November 2020   20:25 Diperbarui: 18 November 2020   20:46 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kerlip gemintang malam, meredup oleh dinginnya hati
Mata air disesap mentari, menyusupi perih: dalam pori keabadian cinta pasi
Seulas senyum nakal itu, kuingat selalu
menghiasi bibir bak bunga merekah di tamantaman surgawi
Jiwaku bersedih,                                                     Makin nyeri!
Seperti air mengharap kehangatan
Mengharap batubatu hilang beku diterpa angin
Samudera hati terkurung sepisenyap
Kekinianku tentangmu senantiasa mengumbar sendu
Akankah waktu berpihak untuk kucecapi lagi?
Mendayung sampan cinta bagai masa itu kembali?
Sementara keakuanmu, seolah menafikkan semua yang menjejak antara kita
Kisah kita terjebak dalam lengkung kehampaan rasa dalam prosa hilang makna
Setiaku, bermahligai tiara indah di pucuk gontai cemara
Diiringi nyanyian reranting yang bersedih hati
Akankah desauan angin menyampaikan Bilurbilur rinduku untukmu?
Aku terpaku, menanti isyarat sang waktu
Kelak ia mengurai simpul tanya ini

Depok, NHJ 040513
met rehat ya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun