Mohon tunggu...
Nyimas Hilmiyati
Nyimas Hilmiyati Mohon Tunggu... Penerjemah - Selalu bersyukur

seorang ibu rumah tangga dengan 6 orang anak yang sudah gemar menulis sejak di bangku sekolah dasar.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Perkecil Ruang Gerak Pengidap Kleptomania

16 September 2019   00:10 Diperbarui: 17 September 2019   18:25 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Saya melihat Tuti yang baru pulang dari sekolah dan saya berpapasan dengannya. Sekolah kami berjauhan tapi secara kebetulan saja kami bertemu di mulut gang dan kamipun jalan pulang bersama menuju ke rumah masing-masing. 

Saya lihat Tuti memakai jam tangan milik seorang teman yang lain, saya kenal persis itu jam tangan milik Dilla yang juga teman sepermainan, karena ia selalu memakainya setiap bermain bersama. 

Saya berusaha bertanya dengan Tuti dimana ia mendapatkan jam tangan itu. Dan Tutipun jelas berbohong, ia menjelaskan jam tangan itu baru dibelinya di pasar. Padahal setahu saya, Dilla yang empunya jam tangan, menbeli jam tangan itu ketika ia liburan di negara Singapura. Kebetulan Dilla anak orang berada. Jadi jam itu asli dan ada sertifikatnya. 

Duh, gimana ini, kok bisa ya si Tuti tega mengambil jam tangan Dilla yang merupakan teman sepermainan. Saya hanya bertindak sampai disitu, dan anehnya ketika kami main bersama di sore harinya Tuti tidak memakai jam tangan yang saya lihat tadi siang, Saya sedikit curiga ada yang tidak beres dengan Tuti. Saya sampaikan hal ini dengan hati-hati dan saya minta Dilla untuk menangkap tangan sendiri Tuti yang bertangan jahil. 

Saya arahkan Dilla, jam tangan itu biasa dipakai Tuti sewaktu sekolah. O iya Saya lupa kami bertujuh tidak ada yang teman sekelas, murni hanya teman sepermainan di rumah. Seperti biasa kami bermain bersama, dan Ziah ternyata sedang demam. 

Tanpa pikir panjang lagi kami langsung menuju ke rumah Ziah untuk menjenguknya. Kami lihat rumah Ziah tidak seperti yang digambarkan Ziah yang selalu kotor, ternyata rumahnya tertata rapi dan bersih sama seperti keadaan di rumah kami masing-masing. Oya Tuti tidak ikut bermain, apa dia malu ya setelah tertangkap tangan oleh Dilla sahabatnya sendiri. 

Kami disuruh mama Ziah untuk langsung menjenguk Ziah di kamarnya. Kamar Ziah lumayan besar dan tertata rapi, ada sebuah lemari jati antik yang panjangnya sekitar 2 meter dengan tinggi satu meter. Karena kami berlima yang terbilang masih kecil rata-rata pecicilan tidak bisa anteng. Jadilah kamar Ziah jadi museum untuk sementara waktu.

Saya lihat muka Ziah terlihat pucat karena demam itu mungkin. Saya lebih tertarik dengan meja antik yang tidak seharusnya ditaruh di kamar anak seusia kami, terlampau mahal kesannya dan berkesan tua sekali kamarnya. Ketika saya mendekat ke lemari pendek yang antik itu,betapa terperanjatnya saya, Saya melihat aksesoris rambutku yang raib sebulan yang lalu ada di atas lemari itu dan tersusun rapi seperti tidak pernah dipakai. 

Dan benda-benda teman saya yang lainnya dan masih banyak benda lain, kemungkinan besar itu milik orang lain lagi selain kami berlima. Saya berbisik ke teman yang lainnya, untuk melihat koleksi di atas meja antik itu, mungkin saja ada benda mereka disitu. 

Kami pun bersegera pamit pulang. Di sepanjang perjalanan pulang kami berbagi cerita masing-masing. Dan keempat teman mengatakan benda kesayangan mereka yang hilang itu memang ada di atas lemari antik itu.

Sekelumit pengalaman saya diwaktu kecil ini mungkin juga pernah dialami oleh anda bukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun