Di desa kecil bernama Namu, Kecamatan Laonti, Konawe Selatan aktivitas yang unik sedang berlangsung. Para siswa sekolah dasar berkumpul di halaman sekolah, wajah mereka berseri- seri penuh semangat. Mereka tidak mengikuti kursus biasa melainkan workshop khusus: memainkan ddakji, permainan tradisional Korea yang kini sangat populer berkat seri Squid Game. Dengan tangan terampilnya, mereka mengikuti instruksi dan ajaran seorang mahasiswi UGM bernama Nyimas Aliyah Prajnia Paramitha anggota tim KKN-PPM unit SG007 dibawah bimbingan Dra. Eko Tri Sulistyani, M.Sc. Lembaran kertas tipis dan tebal dilipat dan diubah menjadi permainan  sederhana namun menantang.
Ddakji dengan bentuknya yang unik menjadi salah satu cara yang efektif untuk mengenalkan budaya Korea kepada anak Indonesia. Tak hanya sekedar permainan, ddakji juga membawa nilai-nilai luhur seperti kesabaran, konsentrasi dan sportivitas. Saat ddakji-ddakji berakhir, halaman sekolah berubah menjadi taman bermain yang ramai. Anak-anak saling berhadapan sambil mencoba melumpuhkan ddakji lawan dengan akurat.. Tawa dan sorak-sorai memenuhi udara, menciptakan suasana bahagia dan menyenangkan. D ibalik keseruan permainan tersebut terdapat makna yang lebih dalam.
Workshop ddakji ini lebih dari sekedar kegiatan hiburan. Hal ini sebagai upaya mengenalkan keberagaman budaya kepada anak sejak usia dini. Melalui ddakji, mereka diajak untuk mengapresiasi budaya lain, sekaligus mengembangkan rasa cinta terhadap budaya sendiri. Bukan sekadar permainan, ddakji juga menjadi jembatan penghubung generasi. Anak- anak yang tumbuh dengan teknologi digital kini diajak mengeksplorasi permainan tradisional yang sederhana namun penuh makna.
Anak-anak menjadi lebih kreatif dan inovatif dalam mencari solusi atas berbagai permasalahan yang muncul selama proses pembuatan ddakji. Keterampilan motorik halusnya juga terasah dengan baik. Kegiatan ini juga mempererat hubungan sosial antara siswa, guru, dan masyarakat. Workshop ddakji ini menjadi inspirasi bagi dunia pendidikan. Kegiatan ekstrakurikuler berbasis budaya dapat menjadi cara yang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran yang lebih luas.
Dengan cara yang menyenangkan, anak-anak dapat belajar tentang berbagai hal, mulai dari sejarah dan budaya hingga sains dan teknologi. Kesuksesan workshop ddakji di desa Namu menjadi bukti bahwa pendidikan tidak hanya berlangsung di dalam kelas namun dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja. Dengan kreativitas dan semangat, kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan bermakna bagi anak. Mari kita dukung terus inisiatif seperti ini, agar generasi mendatang menjadi generasi yang cerdas, kreatif, dan memiliki kecintaan yang mendalam terhadap budaya bangsa.
Workshop pembuatan ddakji di desa Namu lebih dari sekedar kegiatan rekreasi. Di balik kesederhanaan permainan ini terdapat makna yang jauh lebih dalam. Ddakji bukan hanya sekedar permainan tetapi juga warisan budaya yang diwariskan secara turun temurun. Melalui ddakji, anak tidak hanya mempelajari kemampuan motorik dan kognitifnya saja, tetapi juga mempelajari sejarah dan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam budaya Korea. Lebih dari sekedar permainan, ddakji juga menjadi alat untuk memperkuat identitas budaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H